Selasa, 30 April 2013

Efek Domino: Waspada Bahaya Miras dan Minol Bagi Remaja


Sebulan yang lalu saya mengunjungi salah seorang debitur di daerah Rantau Prapat. Karena si debitur adalah pemasok TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit yg mana sehari-hari menghabiskan waktu di lapo tuak,maka saya pun menemuinya disana sekaligus melihat langsung aktivitas usahanya. Di Sumut terutama di daerah-daerah Kabupatennya,lapo tuak memang menjadi semacam central point untuk berkumpul.Merupakan pemandangan biasa bagi saya melihat para lelaki berkumpul di lapo tuak sambil minum minuman tradisional yang terbuat dari nira tersebut. Namun hal yg membuat saya terkejut adalah saat mendapati beberapa remaja bahkan anak-anak yang ikut meneguk tuak.

Di sebuah Lapo Tuak
Krn penasaran saya pun bertanya pada si debitur
“ Pak itu yang diminum tuak yah “
“ Iya, kenapa?ibu pengen nyicip?”
“ Hehe,ngga ah pak,ngga biasa “
“Yang diminum adek itu juga tuak ?” tanya saya lagi sambil menunjuk ke arah seorang remaja tanggung berusia sekitar 15 tahun.
“ Iyalah bu,masa teh manis” jawabnya
“ Emang ngga apa-apa gitu pak,anak di bawah umur minum tuak?”
“ Ngga papa bu,asal ngga berlebihan,lagian ini bagus kok buat stamina dan kesehatan,biar ntar kuat dia saat mensortir sawit dari petani.Istri saya saja selesai melahirkan saya kasih tuak biar banyak ASI nya “

Haduh, saya langsung terdiam dan tak melanjutkan pertanyaan.

Dari situ saya berfikir masih banyak masyarakat kita yg belum mengerti akan bahaya minuman keras.Contohnya ya debitur saya itu.Mereka masih menganggap tuak sebagai minuman tradisional.Padahal kadar alkohol di dalam tuak sangat tinggi,bisa mencapai 10 persen.Minuman dengan kadar alkohol diatas 5 persen sudah dikategorikan sebagai minuman keras.Sedangkan jika kadar alkohol di bawah 5 % masuk kategori minol (minuman beralkohol). Namun, berapapun kadar alkoholnya, saya masih tak habis pikir dengan orangtua yang mengizinkan anaknya yang masih di bawah umur (< 21 tahun) meneguknya.

Kesadaran masyarakat terutama para orangtua tentang bahaya miras belumlah setinggi kesadaran akan bahaya zat adiktif lainnya seperti narkoba,rokok bahkan aktivitas judi. Miras dianggap paling banter hanya merugikan diri si peminum,padahal lingkungan pun turut mendapat akibat dari  konsumsi miras.

Nyawa melayang akibat miras sudah terlalu banyak.Tahun 2011,WHO mencatat sebanyak 2,5 juta penduduk dunia meninggal akibat alkohol dan kematian itu terjadi pada usia berkisar 15-29 tahun. Ngga jauh-jauh, kecelakaan Tugu Tani yang menewaskan 9 nyawa pun disinyalir karena miras.

Jika ditelisik lebih lanjut,dampak konsumsi miras dan minol sangat mengerikan. Miras memiliki efek domino.

Ngga percaya?

Alkisah seorang pemuda soleh dijebak oleh seorang wanita.Ia diberi 3 pilihan.Menggaulinya,membunuh bayi atau minum khamr (miras).Dengan pertimbangan mudharat terkecil ia memilih menenggak miras karena hanya akan berdampak untuk dirinya saja.Setelah mabuk,ia malah menggauli si wanita,dan dengan biskan setan ia pun membunuh bayi di dekatnya. Karena miras,3 kejahatan dan dosa besar malah dilakukannya.

Tentu saja kita tidak bisa langsung menyalahkan orangtua atau para remaja tersebut. Pernah tidak kita melihat seseorang dihukum akibat miras?.Misalnya sekelompok pemuda diadili karena tertangkap tangan sedang pesta miras.Sepertinya belum ada.Kenapa hal ini bisa terjadi?, Karena memang belum ada aturan yang jelas tentang hukum dan batasan-batasan konsumsi miras dan minol.Jadi kalau ada berita di tivi mengenai pemusnahan sejumlah miras,bukan karena larangan produksi,konsumsi atau perdagangan mirasnya tetapi karena masalah perizinan.Apalagi kampanye anti miras juga tidak segencar kampanye anti narkoba,anti judi,bahkan anti rokok.

Sudah saatnya pemerintah dibantu oleh masyarakat lebih aware terhadap bahaya miras dan minol.Terutama pada kaum muda.Karena usia di bawah 21 tahun merupakan usia rawan yang masih labil,mudah terpengaruh oleh pergaulan, gaya hidup dan lingkungan sekitar.

Caranya?
  • Pernah nonton film Glee di Starworld?.Disitu ada adegan,saat para remaja berpesta dan ingin minum miras,mereka harus menunjukkan KTP.Bahkan di negara yang menganut paham kebebasan pun,aturan pembatasan usia berlaku untuk melindungi kaum mudanya,Apalah lagi negara kita ini yg terkenal dengan adat istiadat dan moral yang tinggi.
  • Kampanye anti miras harus digalakkan dan jangan kalah gaung dengan kampanye anti narkoba.Salah satunya dengan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan memasukkan bahaya miras ke dalam kurikulum diikuti dengan menunjuk change agentdari kaum muda sebagai duta anti miras.
  • Penitikberatan pada aturan penjualan miras sehingga tidak dengan mudah ditemui di supermarket atau di kafe-kafe yang merupakan tempat nongkrong anak muda. Karena miras merupakan pintu gerbang kehancuran dan kejahatan seperti pembunuhan,pemerkosaan, pencurian bahkan pintu gerbang narkoba yang tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga lingkungan

Mari kita mulai dari lingkungan keluarga,lindungi anak-anak kita dari bahaya miras dengan pendidikan dan bekal agama. Jika bukan kita siapa lagi,Jika tidak sekarang kapan lagi.







Senin, 29 April 2013

Warna-Warni Ku Kepribadianku?

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mamiri Minggu ke Empat dengan tema 
" Warna"

Wah temanya menarik sekali. Kemarin baru saja di Twitter mba Afifah Affra membicarakan soal warna.

Jika karakter adalah warna, apa warna kepribadianmu ?


Yang langsung saya reply


Ya, kalau karakter itu warna, maka warna kepribadian saya itu adalah merah dan hitam. Kata mba Afifah sih artinya saya memiliki kepribadian tegas, berani,misterius,disiplin dan optimis.

Bener ngga sih?

Walaupun tweetnya mba Afifah ntu cuma buat seneng-seneng aja, tapi saya rasa banyak benernya juga. Hampir semua yang dibilang mba Afifah cocok dengan kepribadian saya, kecuali misterius. Karena kalau kata teman-teman sih saya ini kayak buku yang terbuka, alias gampang banget membacanya, kalau marah mukanya langsung keliatan jutek. Kalo lagi seneng langsung sumringah kayak bulan purnama, kalo sedih langsung keliatan mendung bergelayut di wajah saya. Makanya ngga susah berhadapan dengan saya

Tapi, saya rasa memang terlalu sederhana kalau mengaitkan kepribadian dengan warna. Sebab kepribadian itu memang sesuatu yang rumit, ngga mungkin lah cuma diwakilkan oleh warna. Apalagi selera warna saya bisa berubah-ubah. Memang kecenderungan saya adalah merah dan hitam. Semua tas saya warnanya hitam, alasannya? simple aja dan bisa masuk ke semua pakaian. Pakaian saya banyak warna merah, mukena saya merah, dan setelah saya perhatikan ternyata memang saya memiliki banyak barang berwarna merah dan hitam.

Nikahan saya, Semuanya Merah,hantaran juga merah :)
Jilbab boleh warna-warni, bajunya tetep Item xixixi

Merah juga oye

Tas saya, item kabeh

E tapi itu ngga mutlak kok, buktinya rumah saya warnanya coklat, perabot, gorden dan pernak-perniknya hampir semua coklat. Karena apa? karena coklat warna yang natural dan soft, enak aja ngeliatnya. Tuh kan ngga otomatis mentang-mentang suka warna merah jadi semuanyaaaa merah, ngeri juga kali.

Balik lagi ke karakter yang dibilang mba Afifah.tegas,berani,disiplin dan optimis,nah itu memang saya banget. Saya kalau suka ya bilang suka, kalau ngga ya bilang ngga.

Contohnya saat suami nembak saya dan bilang mau ngga saya jadi pacarnya. Kalau perempuan lain mungkin akan jawab pikir-pikir dulu atau beri saya waktu, lah saya langsung aja jawab " Ngga mau". Xixixi, langsung wajah suami saya pucat pasi, ngga nyangka akan mendapat penolakan sedahsyat itu. Tapi saya langsung sambung, kalau jadi istri mau , hahaha. Tuh kan, iya ya iya, ngga ya ngga.

Kalau soal disipilin, hmmm saya masih termasuk orang yang disiplin kok. Minimal kalau buat janji saya jarang banget telat kalau bukan karena hal yang sangat urgent. Suka Sebel sama orang yang ngga nepatin janji dan ngga disiplin sama waktu.

Nah yang terakhir optimis. Bagi saya itu sifat yang harus ada di setiap orang. Kalau ngga optimis sama yang kita lakukan mana bisa berhasil. Selain optimis, ikutannya itu pantang menyerah. Pokoknya kalau udah memutuskan untuk nyemplung di suatu hal, sebisa mungkin berusaha sebaiknya dan optimis apa yang kita lakukan bakal berhasil. Optimis itu kan juga bentuk positive thinking yang memang sangat disarankan untuk menuju keberhasilan.

Saya jadi ingat dulu saat awal lulus kuliah dan melamar pekerjaan kesana sini, pasti di Curriculum Vitae saya selalu menulis begini: berani menerima tantangan,percaya diri, bisa bekerja dalam team atau sendiri, bisa bekerja under pressure, cepat belajar, bla bla bla. Dan yah sepertinya semua yang saya tulis itu memang terbukti. maksudnya terbukti tuh saya selalu bekerja under pressure dan belum pernah stress hahaha, syukurlah.

Jadi, kesimpulannya, sedikit banyak warna mungkin mempengaruhi kepribadian kita. Orang yang suka pink cenderung orang yang manis, girly, manja. Trus yang suka warna ijo kebanyakan orang yang sederhana, suka damai. Penyuka biru mungkin orang yang tenang,lembut, santun dan ngga neko-neko. Merah itu berani, hitam tegas, oranye energik. 

Ah yang pasti namanya karakter or kepribadian bisa dilihat ya kalau sudah sering berinteraksi dengan seseorang. Ngga berani lah menyimpulkan sifat seseorang hanya karena penyuka warna tertentu. Karena setelah saya longok lagi lemari saya, ternyata banyak warna ungu bertebaran,huehehe. Dan saya pikir ngga ada orang yang benar-benar saklek di salah satu karakter tertentu, bahkan dalam ilmu psikologi aja, yang menggolongkan kepribadian jadi Koleris,sanguin,plegmatis dan melankolis pasti ada dua atau lebih sifat yang bersemayan di diri kita.

Jangan takut bermain warna. Mana yang pas ya pakai saja, ngga usah terpaku pada penilaian karakter.

Jadi, apa warna favoritmu ?


Minggu, 28 April 2013

Sekelumit Cerita dari Anugerah Juranalistik Aqua



" Halo Selamat siang, Dengan mba Windi Widiastuti?"
" Iya Benar"
" Saya dari Aqua Danone mba. Berhubungan dengan event AJA , kami ingin mengundang dan menanyakan kesediaan mba Windi untuk datang di acara malam penganugerahan Jurnalistik Aqua di bala bla bla....... Hari Kamis Tgl 18 April"
Hwaaaa, saya langsung bingung mau jawab apa. Dilema tingkat Brahmana. Itu hari pertama saya cuti buat lahiran. Hpl saya kira2 tanggal 26 Mei. Duuuuh, pengen banget dateng, suer. Eh trus saya nanya lagi
" Mba, emang saya menang yah"
" Wah itu nanti aja mba tunggu kejutannya di acara"
"Semua finalis diundang mba"
" Ngga mba, hanya beberapa orang 
saja "
Percakapan di atas terjadi kira-kira tiga minggu lalu. Saat itu emang saya dilema banget. Soalnya usia kehamilan saya udah masuk rawan buat berpergian. Padahal saya pengen banget  dateng ke acara tersebut. Oya, sebagai info, AJA (Anugerah Jurnaistik Aqua) adalah lomba menulis dan lomba foto yang diselenggerakan Aqua di akhir tahun 2012 kemarin, dengan tema " Air dan Kehidupan ". Tulisan saya terpilih sebagai salah satu dari 10 finalis untuk kategori karya Blogger.
Setelah menimbang, mikir, nanya sahabat-sahabat saya, nanya suami, ya sudahlah saya putuskan tidak pergi. Huhuhu sedih banget, kan belum tentu saya dapat kesempatan lagi. Memang belum tentu menang, tapi kan itu acara pasti keren banget. 
Beberapa waktu lalu saya juga pernah dapat undangan serupa dari Kompas. Saya ngga ambil pusing, bahkan emailnya ngga saya jawab, karena saya pikir itu hal biasa setiap peserta lomba dapat undangan buat menghadiri pengumuman pemenang. EH ngga taunya nama saya keluar jadi juara pertama. Kan kalau saya hadir pasti lebih keren. Syukurlah walau ngga hadir, hadiah tetap dikirim ke alamat rumah saya.
Tapi karena masih penasaran, saya tanya lagi sama panitia, boleh ngga kalau kehadiran saya diwakilkan. Ternyata boleh, horeeeee. Maka akhirnya ibu saya yang berangkat ke acara tersebut. Tiket pulang-pergi dikasih sama panitia, plus penginapan selama acara berlangsung.
Widih ibu saya terang aja seneng banget. Ngga nolak sama sekali, langsung oke gitu saya kasih tau, xixixi, maklum emak-emak gaol.
Tanggal 18 April pagi  berangkatlah ibu saya ke Jakarta. Trus langsung menuju hotel Manhattan di bilangan kota Casablanka. Kata ibu saya hotelnya kereeen, dan fasilitas yang disediakan lumayan banget. Apalagi ibu saya datang bersama temannya. Awalnya disediain kamar buat satu orang, tapi karena ibu saya datangnya berdua jadi kamarnya langsung diganti yang agak gedean. Duuuh makasi ya Aqua, baik banget deh.
Trus sorenya,ibu saya langsung meluncur ke Museum Satria Mandala tempat acara berlangsung. Saat itu hujan deres banget, tapi acara tetep berlangsung meriah.
ikutan sulap sama Romi Raphael
Saya di rumah deg-degan banget nungguin pengumumannya, mantengin twitternya Aqua. Pengen tau, saya juara ngga sih. Akhirnya kira-kira jam 10-an ada yang memention saya. Eng ig eeeng, Horeee nama saya keluar jadi salah satu pemenang, alhamdulillah, seneng banget.


Itu enyak ane yg tengah ;)
Yang paling seneng sih tentu saja ibu saya, bisa tampil ke panggung, trus masuk media lagi, xixixi. Soalnya kata ibu saya banyak televisi yang meliput, RCTI, MNC,Global,sampe Metro. Lumayan lah kan jarang-jarang nampang di tivi. Bisa dilihat di youtube sih liputannya.
Trus, yang bikin ibu saya seneng lagi, ternyata di acara tersebut hadir menteri lingkungan hidup. Ngga menyia-nyiakan kesempatan tersebut, nyak saya yang gaol ini langsung minta foto-foto sama menteri, lumayan buat arsip katanya, huehehehehe. Biarin lah, yang penting beliau senang, saya kan senang juga.
Nyak ane bersama Menteri Lingkungan Hidup (kiri) dan Yang punya Aqua (kanan)
Trus, di akhir acara, panitia Aqua mendatangi para finalis yang hadir. Daaaan, ngga cukup udah dapet souvenir macem-macem, trus dapat hadiah uang tunai, eh nyak saya dapat uang saku juga, katanya buat jalan-jalan di Jakarta. Di taruh dalam amplop, isinya Rp 1 juta. Woooow, itu di luar hadiah lho. iiih, langsung sirik sama ibu saya nih. 
Dan begitulah, malamnya ibu saya kembali ke hotel dengan sumringah. Dan besoknya balik maning ke Medan. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar jaya. 
Oya , ini nih nama para pemenang lomba AJA 2012. Semoga di tahun depan ada lagi lomba serupa, biar yang belum ikutan kemarin bisa ikutan. 

Pemenang Anugerah Jurnalistik AQUA 2012 
Diposting pada 19 April 2013 - 16:45

Setelah melalui proses seleksi yang ketat, akhirnya para pemenang lomba jurnalistik telah ditentukan sebagai berikut:
IV.Karya Blogger
  1. Dahli Ahmad dari Bekasi, karya Kampung Jernih Sentuhan Tangan-tangan Kecil, untuk Mengubah Dunia
  2. Bryan Kridha Laksana dari Purwekerto, karya Masa Depan Air Dunia Masa Depan Kehidupan Kita
  3. Windi Widiastuty dari Medan, karya  Save The Water, Sebuah Pesan dari Alam Rahim
sumber : http://www.aqua.com/kabar_aqua/siaran-pers/pemenang-anugerah-

Trus hadiah yang saya dapet ini nih 
Plakat



Sertifikat

Ini Nih yang bikin Koprol
Trus dibawain oleh-oleh ini
Design by Sebastian Gunawan, Cantik yah
Alhamdulillah, sesuatu banget. Sampai ketemu di AJA tahun 2013. Semoga ntar bisa ikut memeriahkan kembali. Dan Terima kasih Aqua buat semua apresiasi dan pelayanan yang memuaskan selama ibu saya di Jakarta ;).

Sabtu, 27 April 2013

Sosok Inspiratif Itu Bernama Perempuan

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mamiri Minggu Ketiga dengan Tema " Perempuan Inspiratifku"

Menurut saya sebaik-baik teladan adalah orang yang sudah tidak ada di dunia ini, alias sudah berpulang ke Rahmatullah. Karena kita sudah tahu akhir hidupnya dan benar-benar bisa memilah dan memilih mana yang patut dijadkan inspirasi mana yang tidak.

Bukan berarti sosok yang masih hidup tidak patut dijadikan teladan, namun kalau kita melihat seperti apa ia menutup harinya , lebih banyak pelajaran yang bisa kita petik.

Mengenai itu, saya memiliki tidak hanya satu tapi banyak perempuan inspiratif yang saya jadikan teladan dan tentu saja saya ingin seperti mereka.

Khadijah

Salah satu perempuan paling inspiratif di dunia yang fana ini adalah Khadijah, ummul mukminin, istrinya nabi Muhammad SAW. Kenapa? Apa karena dia satu-satunya istri nabi yang tidak dipoligami?. Hehehe, ngga ada hubungannya sama sekali, walaupun tentu saja kalau boleh meminta saya berharap menjadi satu-satuya istri dari suami saya.

Membaca literatur yang mengulas tentang beliau benar-benar membuat saya terpana. Bukan karena cerita tentang kecantikannya ataupun karena kekayaannya,namun karena begitu besar dukungan yang ia berikan untuk perjuangan Rasulullah menegakkan Islam. Seorang istri dengan kedudukan jauh di atas suami, dengan harta yang melebihi suami, namun tak membuat ia merasa dirinya berada di atas suami. Seorang istri, tetaplah partner suami seberapa berkuasanya pun ia.

Apakah itu istimewa?. Tentu saja, bagi saya hal tersebut sangat istimewa, karena saya banyak melihat perempuan jaman sekarang yang jika memiliki kedudukan lebih di atas suami, tiba-tiba menjadi arogan dan merasa memiliki hak untuk mengambil alih tongkat kepemimpinan keluarga. Ah semoga saya tidak akan seperti itu.

Aisyah Binti Abu Bakar

Sosok perempuan inspiratif kedua versi saya adalah Aisyah binti Abu Bakar, masih istrinya Rasulullah juga. Saya sangat mengagumi kecerdasan akalnya. Bayangkan, di usia yang sangat muda ia telah menjadi seorang istri pemimpin agama dan menjadi sumber jawaban segala tanya setelah Rasulullah wafat. Hampir sebagian besar hadist sohih berasal dari Aisyah. Betapa kuat ingatan perempuan salehah ini. Tidak hanya ilmu agama, bahkan hukum, kedokteran pun dikuasainya. 

Kalau mengingat sosok Aisyah, saya langsung menganalogikannya dengan perempuan karir pada masa ini. karena Aisyah salah satu istri yang sering ikut nabi berjuang ke medan perang. Bukan untuk ikut bertempur, tapi mendampingi dan membantu para korban perang. Ah sungguh iri dengan kepintaran yang ia miliki.

Novialia Lutfiatul

Istri nabi juga?
Bukan, dia bukanlah siapa-siapa. Pun saya tidak mengenalnya sama sekali. Kalau masih ada yang ingat tentang kecelakaan bis yang menewaskan dua mahasiswi kedokteran Undip beberapa waktu silam, maka dialah salah satu korban tersebut.

Seperti saya katakan di awal tulisan, bahwa akhir hidup seseorang bisa menjadi isnpirasi bagi kita. Saat membaca kabar kecelakaan tersebut, tak lama berselang banyak yang menshare blog pribadi Novia. Membaca tulisan-tulisannya membuat saya merinding, terharu sekaligus merenung. Bahwa apa yang kita tulis nantinya akan menjadi peninggalan kita. Bahwa dunia maya dan media sosial yang hampir tiap saat kita berinteraksi di dalamnya bisa menjadi gambaran jejak perjalanan hidup kita.

Dari Novia saya menyadari hal tersebut, dan sungguh tulisan-tulisannya begitu menginspirasi dan membuat pembaca semakin dekat kepada penciptaNya. 

Saya ingin seperti dia. Meninggalkan tulisan yang bermanfaat dan mengakhiri kehidupan dengan kenangan indah di hati orang-orang yang mengenalnya. 

Perempuan inspiratif, tak harus seseorang yang berprestasi menyilaukan. Mereka ada di sekeliling kita, berinteraksi dengan keseharian kita. Bisa seseorang yang kita kenal, atau malah hanya bersinggungan di dunia maya.

Dan hey, bisa jadi kamu adalah sosok perempuan yang juga menginspirasi orang lain. Berbahagialah jika itu terjadi.





Apa Yang Terjadi dengan Tulisanmu Saat Engkau Mati?



HAAAAh Uje meninggal ? Innaillahi wa inna ilaihi rajiun

Begitu reaksi saya saat melihat postingan teman di FB mengenai kabar bahwa Uje meninggal dunia tempo hari. Setelah membaca status tersebut,  tebak apa yang saya lakukan?.

a. Menghidupkan televisi
b. Nanya ke temen
c. Konfirmasi ke istrinya Uje

Yang C jelas ngga mungkin. B masih subuh saat saya membaca status tersebut, siapa pula yang mau diganggu subuh-subuh. Kemungkinan terbesar adalah A. Tapi saya tidak melakukan ketiga hal di atas.

Yang saya lakukan adalah buru-buru mengecek twitter, kepo-in FB, dan searching di google dengan kata kunci " Uje Meniggal". dari hasil investigasi singkat tersebut saya langsung mendapat kepastian berita yang ternyata sudah berseliweran di timeline sosial media yang saya sebut di atas. Bahkan ada yang langsung menuliskannya di blog.

Saya bukan mau ikut-ikutan latah membicarakan perihal kematian Uje. Walaupun sedikit banyak masih ada hubungannya.

Saya jadi ingat, beberapa bulan yang lalu saat berita kematian dua orang mahasiswi kedokteran Undip beredar di dunia maya, hal yang saya lakukan pun kurang lebih sama. Apalagi begitu banyak para fesbuker dan penghuni twitterland yang menshare link blog si mahasiswi sampai alamat facebook mereka.

Mungkin karena saya satu almamater dengan mereka ,seperti ada keterikatan hubungan. maka seharian itu saya menelusuri satu demi satu postingan di blog pribadi Novitia Lutfiatul. Tak puas hanya membaca blognya saya pun mencari link fesbuknya. Dan apa yang saya dapatkan?. Subhanallah, saya mendapatkan jejak catatan perjalanan seorang anak manusia yang sangat indah. Tidak ada satu tulisan pun baik di status FB maupun tulisan di blognya yang merupakan kesia-siaan. Semuanya berisi perenungan, tulisan sehari-hari yang membuat para pembacanya mengerti dan bisa menyimpulkan bagaimana kepribadian penulisnya.

Pun demikian yang terjadi pada peristiwa kematian ustaz Uje. Tak lama berselang jam, hampir semua orang berlomba-lomba menshare tweet terakhir si ustaz, Broadcast Message yang juga terakhir di kirimnya, sampai status-status yang di posting beliau beberapa saat menjelang malaikat menjemput ajalnya. Tak cukup sampai disitu, hampir semua media pun tak mau kalah memutar ulang dokumentasi perjalanan hidup beliau. Hingga semua orang bisa menilai, bisa mengambil hikmah atas perjalanan hidupnya yang menurut saya begitu luar biasa.

Dua peristiwa tersebut menyadarkan saya, bahwa saat ini ketika sebuah berita tentang seseorang mencuat di media massa, secara otomatis orang akan mencari tahu melalui internet. Tak sulit mendapatkan informasi semua hal yang berhubungan dengan siapapun yang diberitakan. Bukan hanya artis atau public figur, bahkan orang biasa seperti saya atau mungkin anda.

Tiba-tiba saja saya tersentak dan langsung membaca ulang semua postingan di blog saya ini. Begitu takutnya saya, jika ada tulisan yang pernah saya goreskan disini ternyata membawa mudharat bagi orang lain. Bukan sesuatu yang pantas dibaca oleh orang lain ataupun postingan yang akan menyudutkan pihak lain atau malah membuat sakit hati dan sedih siapapun yang membacanya. Saya telusuri kembali satu persatu status-status yang pernah saya buat di Fb maupun di twitter, apakah ada yang bisa membuat keluarga saya sedih, atau malu atau perasaan-perasaan yang tidak mengenakkan lainnya.

Sungguh saya benar-benar takut, jika besok tiba waktu saya meninggalkan dunia ini, orang lain akan melakukan hal yang sama dengan yang saya lakukan saat mendengar berita kematian. Walaupun banyak aib dan khilaf yang telah saya lakukan di masa lalu, namun sebagai manusia biasa, sebagai seorang anak, sebagai seorang istri, sebagai seorang sahabat, sebagai seorang pekerja, saya tidak mau meninggalkan kesan buruk di hari kematian saya. Saya benar-benar tidak ingin meninggalkan jejak dan catatan keburukan yang bisa membuat orang-orang terdekat saya merasa menyesal telah mengenal saya.


Sungguh saya juga ingin dikenang dengan indah. Ingin ada yang bisa diambil manfaatnya dari perjalanan hidup saya. Pun walau hanya berupa catatan.


Bayangkan, jika apa yang kita tinggalkan di dunia ini, bahkan dunia maya sekalipun adalah sesuatu yang tak pantas untuk dikenang. Postingan penuh umpatan, status penuh kebencian, tulisan yang merendahkan orang lain, ataupun yang melukai harga diri seseorang. Bayangkan.... bayangkan jika itu terjadi.

Karena hidup kita pasti berakhir, jasad kita akan hilang ditelan tanah, namun tulisan akan abadi selamanya. 






Rabu, 24 April 2013

Aku Tanpamu


Entah bagaimana mulanya, tiba-tiba aku berpikiran bahwa suamiku tidak terlalu peduli dengan kegemaranku.

Beberapa waktu lalu aku pernah tergila-gila dengan barang pecah belah, tepatnya satu set perlengkapan untuk jamuan makan , mungkin pesta kecil atau hanya sekedar arisan komplek. Aku membelinya karena dengan memiliki barang-barang tersebut aku merasa tenang. Tenang jika tiba-tiba ada acara disaat aku sedang tidak berada di rumah, setidaknya ada jejak ke- ibu rumahtanggaan-ku disana. Alasan yang sama absurdnya dengan harga barang-barang tersebut.

Suamiku tidak terlalu senang saat aku membawa pulang barang-barang tersebut. Tapi ia juga tidak melarangku. Bisa dibilang ia bersikap mubah saat itu. Ia hanya tak bisa menahan senyum saat aku dengan semangatnya mengatur benda-benda tersebut di atas meja makan, kemudian memasukkannya ke kardus untuk besoknya kukeluarkan lagi. Begitu selama beberapa kali kulakukan untuk meyakinkannya bahwa aku membeli barang yang berguna.

Dan sampai saat ini, tak sekalipun benda itu pernah terpakai. Pernah ada acara wirid di rumah saat aku tidak ada. Namun tak seorangpun merasa perlu untuk menggunakannya. Saat acara pindahan rumah pun, benda tersebut kembali tak tersentuh. Dan suamiku kembali menggodaku saat aku akhirnya kembali menata mereka di meja untuk kemudian kumasukkan kembali ke kardusnya.
Ia jarang mengomentari kebiasaan-kebiasaanku yang mungkin aneh menurutnya. Seperti tidak peduli.

Contoh lain, walaupun jelas-jelas tahu kegilaanku pada buku, kecuali buku yang diberinya saat pernikahan kami, tak sekalipun ia membelikanku buku atas inisiatifnya. Bahkan ia tidak pernah bertanya buku seperti apa yang paling aku sukai. Seringnya ia terjebak bersamaku di Gramedia, aku sibuk memilah milih buku dan berakhir  dengan kepiawaianku menyeretnya ke depan kasir. Memang tak pernah sekalipun ia menolak, namun tak pernah juga menjadi volunteer sebagai juru bayar. Kemarin-kemarin aku menganggapnya sebagai suami yang tidak memahamiku.

Sekali lagi aku merasa ia tidak peduli dengan hobiku.

Sampai suatu hari sebuah lemari dibawa masuk ke rumah kami. Bukan lemari yang mewah, hanya lemari sederhana yang terlihat kokoh. Lemari kayu dengan empat ruang bersekat di bagian atas dan dua laci besar di bagian bawah. Aku tidak pernah tahu kapan ia memesan itu dan untuk apa. Aku biarkan saja mereka meletakkannya di sisi rumah yang kosong.

Dengan kening berkerut kupandangi ia sambil meminta penjelasan.

“ Ade bisa pajang barang pecah belah ade disini, dan buku-buku ade bisa disusun disitu” katanya sambil menunjuk-nunjuk ke laci-laci lemari.

Tanpa bicara, kupeluk ia. 

Kini buku-bukuku punya rumah baru setelah sekian lama kusesakkkan begitu saja di kardus-kardus mie. Dan aku tak perlu berulangkali membongkar pasang barang pecah belah yang mungkin memang tak pernah kugunakan itu.

Suamiku, ia memahamiku dengan caranya. Memberi wadah bagi kesenanganku, sekalipun kesenanganku itu adalah suatu hal konyol yang cukup pantas untuk ditertawakan. 

Mungkin itu bisa dikatakan bentuk memahami versi suamiku.

Ah suamiku.... AKu Tanpamu ........


" Maunya nulis sesuai lagunya Rumor tapi entah nyambung entah ngga " :)









Selasa, 23 April 2013

Rumahku Surgaku

Pengalaman mencari rumah itu gampang-gampang susah. Gampang karena banyak banget rumah dijual di kota-kota besar. Susah, karena meskipun banyak agen properti yang menawarkan rumah dengan berbagai type dan harga, namun belum tentu sesuai dengan selera dan kantong kita.

Pengalaman saya dan suami saat mencari rumah pun seperti itu. Apalagi saat ingin membeli rumah, saya dan suami sedang tinggal terpisah. Saya di Jakarta dan suami di Medan. Sangat sulit mencari waktu yang tepat untuk hunting rumah bersama-sama. Saat saya bisa pulang, suami lagi banyak kerjaan, begitu pun sebaliknya. 

Akhirnya diambil jalan tengah, suami melihat-lihat dulu ke lokasi-lokasi perumahan yang memang menjadi incaran kami. Bagi saya, lokasi merupakan hal paling penting dalam memutuskan untuk membeli rumah. Prioritas kami adalah rumah dengan lokasi strategis, dekat dengan kantor dan tersedia fasilitas umum yang memadai. Setiap weekend suami akan mulai melihat satu-persatu perumahan yang ada. Kalau ada plang atau tulisan " Rumah Dijual" di depan sebuah rumah langsung deh cepet-cepet hubungi contact person yang ada. 

Tapi dengan cara seperti agak susah juga, soalnya ntar kalau suami udah suka, eh pas giliran saya pulang dan meninjau lokasi ternyata tidak sesuai dengan selera saya. Akhirnya kami memakai cara yang agak modern, dengan mencari di situs online. Lumayan juga, cara tersebut membuat lebih cepat pencarian rumah sesuai harapan. Jadi saya tinggal buka situs rumah online, trus suami juga, ntar kalau ada rumah yang saya taksir, saya kasih linknya, suami tinggal lihat. kalau cocok baru bersama-sama kami melihatnya.

Syukurlah akhirnya kami mendapatkan rumah yang sesuai dengan selera dan kondisi kantong. Bukan rumah mewah, hanya rumah sederhana yang bisa membuat kami nyaman tinggal di dalamnya.Semoga saja rumah ini benar-benar menjadi baiti jannah, rumah surgaku yang memberi ketenangan dan berkah untuk kami sekeluarga.




Oya, bagi teman-teman yang lagi mencari rumah, saya punya tips nih supaya dapat rumah sesuai dengan keinginan tapi harga terjangkau:
  1. Cari rumah yang pemiliknya lagi butuh uang, ini untuk rumah second
  2. Kalau rumah baru, pastikan developernya lagi ngadain promo, karena banyak gimmiks dan potongan harga yang ditawarkan.
  3. Cari rumah saat ekonomi sedang lesu, sehingga harga  tidak meroket .
Dengan tiga cara tersebut, dapetnya pasti lebih murah. Selamat mencari rumah impian, semoga dapat juga seperti saya.





Senin, 22 April 2013

Karen Agustiawan,Kartini Masa Kini Sosok Inspiratifku


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mamiri Minggu Ketiga dengan Tema " Perempuan Inspiratifku"

Saya percaya dalam diri setiap wanita ada jiwa yang secara alami menjadi inspirasi bagi orang lain yang mengenalnya. Seorang guru wanita mungkin memberi inspirasi pada muridnya. Seorang dokter bisa jadi menginspirasi para pasiennya. Seorang penulis biasanya menginspirasi para pembacanya. Bahkan seorang womenpreuner pun pasti pernah menginspirasi para pelanggannya maupun wanita di sekitar lingkungannya.

Dari semua sosok wanita inspiratif tersebut, sosok ibu pastilah menjadi sosok yang paling inspiratif walaupun tanpa embel-embel jabatan di belakangnya. Demikian pun dengan saya. Bagi saya ibu adalah sosok tiada duanya. Darinyalah sumber kehidupan dan pelajaran hidup pertama kali saya reguk.

Namun menjelang hari Kartini ini, saya tidak akan membicarakan ibu saya. Bukan karena ia kalah pamor dari wanita lain, namun karena saya menemukan ada sosok wanita yang begitu menginspirasi saya di samping ibu. Dan sayang sekali kalau saya hanya menyimpannya untuk diri sendiri.

Ir Galaila Karen Agustiawan, Ibu dari 3 orang anak ini telah mendulang prestasi yang luar biasa. Ia adalah salah satu role model wanita yang mampu bersaing dan unggul di tengah hegemoni kaum adam.Mengikuti perjalanan hidupnya membuat saya tak henti berdecak kagum dan sungguh memacu saya untuk berprestasi lebih lagi.

Mengapa saya menganggapnya sebagai wanita inspiratif?

Kehadirannya di tengah dominasi para pria mengingatkan saya pada sosok Kartini berpuluh tahun silam. Dimana hampir seluruh aspek kehidupan seperti pendidikan, politik, ekonomi, kesehatan didominasi oleh pria pada zaman itu. Dan Kartini hadir dengan pemikirannya yang bebas, yang tidak terintimidasi oleh kekuasaan pathriarki.

Seperti itulah sosok Katini masa kini ini. Bidang yang digelutinya bukanlah bidang yang biasa digeluti kaum hawa. Hanya segelintir saja, wanita yang mampu bertahan apalagi sampai mencapai posisi puncak di industri yang jauh dari kesan kewanitaan dan sama sekali tidak mengandung unsur feminim.

Oil and gas, disitulah ia berkecimpung sejak 31 tahun silam tepatnya tahun 1984. Selama 13,5 tahun ia memulai karir di Mobile Oil Indonesia.Setelah itu, ia sempat bekerja di Mobil Oil Dallas Amerika Serikat selama 3 tahun.Ia sempat pulang ke Indonesia selama setahun untuk menjadi Project Leader di bagian eksplorasi Mobil oil yang menangani seluruh aplikasi studi G&G da infrastruktur.

Wanita perkasa ini sempat bergabung di CGC Petrosystems Indonesia, Landmark Concurrent Solusi Indonesia dan Halliburton Indonesia. Sejak Desember 2006-Februari 2010 ia bergabung dengan Pertamina. Sampai akhirnya sejak Februari 2010, melalui penunjukan SK Menteri ia pun diangkat menjadi Direktur Utama Pertamina.

Kepemimpinannya merupakan babak baru bagi Pertamina. Setelah lebih dari 40 tahun sejak berdiri, inilah pertama kalinya perusahaan minyak raksasa tersebut digawangi oleh seorangg wanita. 

Menurut saya, industri migas adalah industri yang keras. Sebagai lulusan Teknik Kimia saya pernah bekerja di sebuah perusahaan gas. Bukan main, menurut pengalaman saya bekerja di industri migas itu sangat berat. Hanya beberapa saat saja saya mampu bertahan. Dengan ritme kerja yang tak menentu ditambah pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran, saya jatuh sakit. Akhirnya saya memutuskan untuk resign dan mencari peruntungan di tempat lain.

Karena itu, bagi saya, prestasi yang diraih oleh Karen Agustiawan sungguh luar biasa untuk seorang wanita. Melihat perjalan karirnya, sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan jika beliau terpilih setelah fit and proper test yang pastinya melibatkan banyak kandidat kaum pria yang kompeten. Namun pengalaman yang tidak main-main di industri tersebut , mampu meloloskannya menjadi yang terbaik, mengalahkan kandidat lain yang tentu juga mumpuni di bidangnya.

Yang membuat saya kagum, di tengah kesibukannya yang pasti sangat menguras waktu dan tenaga, ia tidak melupakan keluarga sama sekali.Bahkan anak ketiga ia asuh sendiri sampai usia playgroup.Bukan hal yang gampang bagi seorang Karen. Tak heran, di salah satu majalah wanita ia pernah mengatakan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan yang tak kalah berat dibanding bekerja di kantor. Sungguh pernyataannya tersebut membuat saya semakin mengaguminya. Sama sekali tidak ada kearoganan dalam menilai profesi seseorang yang mungkin kebanyakan wanita jika berada di posisinya akan menganggap pekerjaan rumah tangga bukanlah apa-apa dibanding menjabat sebagai seorang direktur utama.

Saat ini saya pun bekerja di tengah kepungan para pria. Sebagai seorang Account Officer di salah satu bank pemerintah. Sebagai satu-satunya account Officer wanita di kantor terkadang saya sadari mungkin sempat ada under estimate  dari rekan kerja lain terhadap kinerja saya. Berkaca pada ibu Karen yang tak pernah takut pada anggapan itu, saya pun termotivasi untuk menunjukkan bahwa seorang wanita bisa bekerja sama baiknya bahkan lebih baik dari seorang pria. Karena seorang wanita adalah makhluk multitasking yang bisa mengerjakan banyak hal dalam sekali waktu. Lagipula sebagai seorang wanita tentu saja saya memiliki keluwesan lebih dibanding para pria dalam hal memasarkan produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Beliau mengaku, dulunya juga sempat ada under estimate pada dirinya. Namun kini, tidak ada yang bisa meragukan kemampuannya memimpin perusahaan sekelas Pertamina. Terbukti dengan laba Pertamina yang menembus angka Rp 25, 89 trilyun di tahun 2012, laba terbesar sepanjang sejarah Pertamina. Dan itu semua terwujud di tangan seorang wanita.

Karena itu, bagi saya Karen Agustiawan merupakan sosok Kartini masa kini yang mampu mendobrak stigma negatif tentang ketidakmampuan wanita bersaing di ranahnya para pria. Beliau telah membuktikan, jika ada kemauan dan usaha yang sungguh-sungguh, maka siapapun, tak terkecuali seorang ibu rumah tangga bisa mencapai puncak tertinggi dalam segala bidang yang digelutinya.

Semoga saya bisa mengikuti jejak beliau, bisa menyeimbangkan antara karir dan keluarga, sehingga sukses di karir dan tetap menjadi ratu di istana kecil bernama keluarga.

Apapun profesi kita saat ini, carilah sosok inspiratif yang akan memacu kita untuk mencapai lebih. Melalui diri wanita inspiratif tersebut, banyak hal yang bisa kita pelajari dan ambil sebagai stimulus untuk memompa semangat saat mulai kendur.

Jadi, siapa wanita inspiratifmu?




Thanks To My Shoes



Bagi saya , hidup adalah perjalanan. Dan untuk memulai perjalanan dibutuhkan satu langkah pertama. Langkah-langkah tersebut yang akan mengantarkan kita pada tujuan, ujung perjalanan.

Setiap langkah punya cerita. Entah itu cerita sedih, gembira , haru. Dan setiap langkah memiliki kisahnya masing-masing. Untuk mencapai tujuan dibutuhkan langkah yang mantap dan tanpa ragu. Karena itu, setiap langkah yang dijejakkan memerlukan pendukung yang kokoh, kuat untuk menopang kaki-kaki kita selama perjalanan. Sebagian orang menyebutnya alas kaki, saya menyebutnya teman perjalanan. Ya dialah sepasang sepatu atau sendal yang selalu menyertai kemanapun langkah-langkah kaki menapak.


Kalau merunut usia saat ini yang sudah memasuki kepala tiga, bisa dipastikan sudah berapa ribu langkah yang saya jejakkan. Dan sudah berapa puluh sepatu menemani perjalanan saya. 

Bagi saya sepasang sepatu bukanlah hanya sebagai alas kaki. Tapi sepatu merupakan pelindung yang juga akan menentukan langkah saya selanjutnya.

Bagi sebagian orang sepatu mungkin berfungsi lain, sebagai identitas diri, sebagai pendongkrak derajat sosial, hingga sebagai aksesoris yang menyempurnakan penampilan. Apapun fungsinya, sepatu merupakan kebutuhan untuk meneruskan langkah-langkah si pemakainya.

Saya memiliki segudang cerita dengan sepatu. Saat saya sekolah, sepatu yang menemani saya adalah sepatu yang menyesuaikan dengan aturan yang ditetapkan sekolah, berwarna hitam dengan model yang sederhana, tidak boleh neko-neko. Masuk dunia kuliah, pilihan sepatu mulai beragam, karena tidak ada aturan yang mengikat. Saya pun mulai pilah-pilih model sepatu sesuai trend saat itu. Karena pada dasranya saya bukan orang yang neko-nek, ya sepatu jaman kuliahan dulu kalau ngga sepatu kets ,sepatu sandal  atau flat shoes.

Begitu masuk dunia kerja, saya mulai kenal dengan yang namanya high heels. Sepatu dengan hak tinggi yang katanya bisa membuat si pemakai jadi terlihat lebih seksi dan bisa mendongkrak rasa percaya diri. Mungkin juga sih, soalnya kan kalau pakai high heels otomatis kita akan terlihat lebih tinggi, nah saat terlihat lebih tinggi pasti kita kan semakin pede, apalagi untuk seorang wanita.mungil sepeti saya. High Heels memang cukup dapat diandalkan untuk membuat penampilan semakin oke.

Tapi, dasarnya saya bukan sosok perempuan yang betah memakai high heels berlama-lama, maka biasanya saya memiliki sepatu cadangan type wedges. Itu tuh sepatu dengan hak yang menyatu ke sol dan memiliki permukaan rata, sehingga saya tetap terlihat tinggi tapi tetap nyaman tanpa harus berusaha keras menyeimbangkan tubuh.


Saya adalah penikmat sepatu, dalam arti saya suka mengagumi keindahan sepasang sepatu di etalase toko. Saat jalan-jalan ke mall, saya sempatkan mampir ke salah satu toko sepatu hanya untuk melihat-lihat saja. Namun, tak jarang setelahnya saya akan pulang membawa beberapa pasang sepatu sebagai hasil window shopping yang saya lakukan. Ya, tidak hanya sepasang, karena saat berada di deretan sepatu terkadang saya bisa kehilangan orientasi.

Namun sayangnya, rasa kagum saya terhadap koleksinya Imelda Marcos itu hanya bertahan sebatas mengagumi, karena kenyataannya banyak sekali sepatu dengan penampilan yang membuat saya rela mengeluarkan sejumlah rupiah dari dompet tapi saat bertemu dengan kulit kaki saya, semua menjadi mimpi buruk. 

Kaki saya memang memiliki masalah dengan sepatu. Setiap memakai sepatu baru, ia membutuhkan waktu adaptasi yang tidak sebentar. Biasanya akan ditandai dengan iritasi di bagian ujung jari terluar, yaitu kelingking. Selanjutnya di bagian tumit pun akan kebagian lecet-lecet yang akan meninggalkan bekas yang tidak indah sama sekali. Makanya, kalau sudah mendapat sepatu yang pas dan "pewe" di kaki, saya biasanya akan menggunakannya terus-menerus kemanapun sampai sepatu tersebut layak untuk digudangkan.

Terkadang malu juga sama teman, kalau ketemu di acara apapun, sepatu saya itu-itu saja. Padahal saya punya banyak di rumah, namun ya itu tadi, akhirnya saya memang harus cuek kalo ada yang beranggapan kok saya kemanapun, acara apapun memakai sepatu yang sama. Biarin lah, daripada kaki saya menderita.

Makanya saya suka membeli sepatu dengan warna-warna netral, sehingga bisa dipadankan dengan baju warna apapun. Hitam atau krem adalah warna yang paling aman menurut saya.

Belakangan saya menyiasatinya dengan membeli sepatu semi sendal, yang setengah terbuka, atau hanya bagian belakang saja yang tertutup. Tujuannya untuk meminimalisir gesekan pada kulit sehingga juga akan meminimalkan iritasi yang mungkin terjadi. Kayak di bawah ini nih, beberapa sepatu yang bisa sedikit menolong kaki saya.





Hmm siapa bilang urusan sepatu adalah urusan gampang. Akhirnya sekarang saya berusaha untuk lebih mencintai kaki saya dengan cara memahami sepatu-sepatu yang saya beli. Loh kok?

Iya, Kalau kita paham apa yang akan kita pakai tentu kita bisa memilih sesuai yang kita inginkan.

Dari hasil pemahaman saya, setidaknya ada tiga bagian utama yang mempengaruhi kenyamanan sepatu atau sendal yang akan kita pakai. Bagian atas ( upper ), sol dan hak.

Bagian Atas ( Upper )

Bagian atas atau yang biasa merupakan penutup memiliki peran yang tak boleh diabaikan. bahan pembuatnya haruslah yang lentur, yang mengikuti gerakan kaki kita, agar kita nyaman saat memakainya. Bahan yang paling pas adalah kulit. karena kulit memiliki kelenturan yang bisa menyesuaikan dengan gerakan kaki manusia.Kulit juga nyaman dipakai karena memiliki pori-pori alami, sehingga membuat sirkulasi udara dalam sepatu tetap berlangsung. Hal itu tidak kita dapati pada bahan karet atau plastik.

Sol

Sol adalah bagian bawah sepatu yang menopang kaki kita atau bagian tapak.Pilihan untuk bahan sol sepatu lebih beragam, bisa karet, plastik atau bahan sintetis lainnya. Namun yang paling baik adalah bahan yang lembut dan menyerap keringat karena bagian sol itu akan bersentuhan langsung dengan kaki kita. Bahan yang paling baik, lagi-lagi adalah kulit, karena memiliki pori-pori untuk sirkulasi udara. Lebih baik lagi kalau dilengkapi dengan teknologi penghilang bau. Selain kulit, ada juga bahan gabungan sintetis yaitu Poly urethane ( PU)  di bagian pinggir dan karet di bagian tengah. Gabungan kedua bahan tersebut membuat sepatu ringan, tapi tidak licin karena ada karet di tengahnya. Terlepas dari apapun bahannya,sepatu yang bagus memiliki sol sepatu yang dijahit bukan hanya sekedar di lem.

Hak

Hak sepatu berhubungan erat dengan kenyamanan. Kenapa?, karena hak berfungis untuk menopang berat tubuh. Normalnya berat tubuh manusia terdistribusi 90 % ke bagian tumit dan 10 % ke bagian depan kaki. Namun dengan hak, distribusinya menjadi 50:50. Saat memakai sepatu berhak tinggi, otomatis lutut akan menekuk ke depan begitu juga degan perut. Makanya bokong akan menonjol ke belakang. Terlihat seksi? yup, tapi mungkin agak sedikit menyiksa. Benar juga ya kalimat " Beauty is pain" xixxi. Kalau saya sih belum sanggup berlama-lama pakai high heels.

Makanya saya bilang hak sepatu itu berhubungan erat dengan kenyamanan. Semakin tinggi hak nya semakin berbanding terbalik dengan kenyamanan.

Namun kebutuhan untuk tampil tetap gaya dengan sepatu hak tinggi bisa diakali dengan sepatu kitten heels  dengan hak 3-5 cm, atau sepatu wedges dengan hak diatas 5 cm kalau tetap belum puas dengan hak rendah.

Saya sangat suka dengan sepatu wedges. Menurut saya wedges adalah penemuan cerdas untuk teknologi sepatu.Dengan hak yang menyambung ke bagian depan akan membantu distribusi beban tubuh sehingga menghasilkan pijakan yang mantap. Hal ini penting untuk mengurangi ketegangan kaki.

Sepatu memang bukan sekedar alas kaki. Walaupun dari ujung kaki kepercayaan diri bisa meningkat namun kesehatan juga harus diperhatikan. Karena itu, pilah pilih sepatu pun harus seksama. 

Sandal andalan saya selama ini 




Jadi, ingat-ingat yah, milih sepatu itu harus perhatikan bahannya, cara pengerjaan, kenyamanan, desain, dan manfaatnya. Semua itu bisa diperoleh dari produsen sepatu berkualitas.

So ladies, mari berterima kasih kepada kaki kita yang telah membawa kita ke tempat-tempat indah dan membuat kita bisa mencapai impian dengan selalu melindunginya dengan sepatu berkualitas.