Sepuluh tahun belakangan, sepertinya hidup di dunia nyata saja tidak cukup, ada dunia maya yang melengkapi hari-hari kita. Mulai dari facebook, path, instagram,blog, website semua bisa mengakomodir penggunanya untuk berbagi tulisan, foto, berita, berbagi kabar hanya dengan ketukan jari.
Kalau jaman saya sekolah, untuk mengetahui perang di Irak-Kuwait, minimal saya harus menonton dunia dalam berita di televisi, atau membaca koran. Tapi sekarang?, mau berita tentang gaya tidur Lee Min Ho, usia kehamilan Kate Middleton sampai berita Badak langka -yang mau pipis saja harus dijaga tentara bersenjata- pun bisa kita ketahui tanpa harus menonton televisi atau membaca koran. Semua ada di genggaman, bahkan tidak perlu susah payah mencari beritanya di situs-situs berita atau mengetik kata kunci di mesin pencari, karena dengan sendirinya moment yang sedang terjadi di dunia ini akan berseliweran di time line maupun di wall sosmed kita. Apa saja bisa kita lihat dengan sekali scroll.
Share… share.. share….
Begitu mudahnya, tinggal klik maka seantereo dunia maya bisa mengkonsumsi apa yang kita bagi.
Ata dasar kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, termasuk kebebasan mengakses timelinenya masing-masing, tak jarang kita hobi sekali menshare berita yang masih diragukan kebenarannya, berita-berita tanpa sumber yang jelas atau penggalan berita yang tendensius sekali.
Share… share… share….
Semangat berbagi yang tidak diikuti dengan semangat tabayun akhirnya malah menyebar berita yang tidak ada manfaatnya selain hanya menimbulkan huru-hara, perselisihan, dan perdebatan semata.
Share..share..share
Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati dan pikiran siapa yang tahu.
Iyes, kadang suka heran juga, saat melihat teman yang terlihat santun, cerdas, lemah lembut, begitu tangannya mulai bekerja menshare berita, wiuh tiba-tiba ia berubah menjadi sosok yang berbeda terlihat dari kata-katanya yang kasar, yang menghasut dan lagi-lagi tendensius sekali.
Melihat fenomena ini saya tidak mau menjadi agent kerusakan, agen perselisihan, karena sebagai manusia sebenarnya kita semua bertugas sebagai agen perubahan. Kalau di kantor saya ada namanya change agent, yaitu seseorang yang dipilih untuk menjadi agen perubahan bagi teman di lingkaran terdekatnya. Tugasnya menjadi teladan untuk setiap aturan dan budaya kerja yang ada di perusahaan, seperti masalah disiplin, pakaian kerja, ketepatan waktu sampai sikap perilaku sehari-hari. Saya rasa hal itu pun wajib kita terapkan dimana saja., termasuk di dunia maya.
Maka dari itu saya tidak ingin mengikuti kebiasaan share tanpa terlebih dahulu mempertanyakan tiga hal ini, pre screening yang sudah sering kita dengar tapi selalu luput untuk dilakukan .
1. Benarkah ?
2. Mengandung kebaikankah?
3. Bermanfaat atau tidak?
Saya #Beranilebih menahan diri untuk menjadi change agent bagi lingkungan, menggerakkan jari seminimal mungkin untuk hal negatif, sebisa mungkin menebar aura positif dan berita yang mengandung kebenaran, kebaikan, dan manfaat untuk siapa saja.
Kalau tidak bisa, maka diam adalah merupakan pilihan terbaik
Apa saya tidak pernah menyebar berita atau membuat status yang kontroversial?
Tentu pernah, dan saya anggap itu kesalahan saya yang menjadi pelajaran ke depan untuk memperbaiki diri.
Yuk #beranilebih bijak menggunakan sosmed dengan hati-hati saat menggerakkan jari.
Ayo #beranilebih berbuat sesuatu agar kehadiran kita membawa manfaat, ketiadaan kita mencegah mudharat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar