Minggu, 05 Mei 2013

Teknologi Hijau, Penerapan Mobil Ramah Lingkungan

Setelah hampir 8 tahun tinggal di Sumatera, baru nyadar ternyata suami saya belum pernah sekalipun ke Berastagi. Daerah Puncaknya Sumatera Utara yang terkenal dengan Bukit Gundalingnya. Kalau di Jawa ya mirip-mirip Kaliurang atau Tawangmangu. Daerah bukit dengan udara yang sejuk. Rasanya kok Mesake banget si mas belum pernah ke daerah wisata kebanggaan orang Medan ini. Jadi, setahun yang lalu, saat ponakan saya Fadlan berulangtahun kami pun berbondong-bondong sekeluarga besar merayakannya di Berastagi. Kami menyewa sebuah villa yang  besar untuk menampung 4 keluarga.

Saya sendiri, terakhir ke Berastagi sudah beberapa tahun yang lalu. Soalnya kalau liburan mau kesana, sudah bisa dipastikan macetnya poll, persis keadaan lalu lintas kalau mau ke puncak saat libur panjang. Karena sudah lama ya memory saya masih merekam kondisi Berastagi beberapa tahun yang lalu.
Mengingat kalau Berastagi itu dingin banget saya pun membawa beberapa helai pakaian hangat, syal dan tak lupa kaos kaki, biar ngga menggigil saat malam. Setelah persiapan selesai langsung Go.

Setibanya disana, olala saya kok malah kegerahan. Saat itu jam 1 siang hari. Saya yang sudah memakai baju hangat kok ngga begitu merasakan hawa dingin yang dulunya sangat saya sukai. Suami saya pun bertanya pada saya " Kata adek disini dingin, biasa aja tuh ". 

Hmm iya juga sih, akhirnya saya dan suami malah terlibat perbincangan serius. Beberapa waktu sebelumnya saat mudik ke Jogja pun kami menyempatkan diri berwisata ke Kaliurang, dan menurut suami saya Kaliurang juga tidak sedingin saat ia kuliah dulu. Sepertinya memang telah terjadi perubahan cuaca yang kentara.

Setelah diingat-ingat tidak hanya di daerah perbukitan. Saat ulang tahun saya kemarin, kami merayakannya ke Pantai Cermin. Keluarga saya memang sangat suka menghabiskan waktu ke Pantai, dan Pantai Cermin termasuk salah satu pantai yang sering kami datangi, karena jaraknya cukup dekat dari rumah. Nah saat kesana lagi-lagi saya dikejutkan oleh kondisi pantai yang sangat berbeda dengan terakhir kali saat saya datangi. Terjadi penyempitan luas pantai, atau dengan kata lan kemungkinan telah terjadi abrasi akibat air laut, sehingga air laut sudah masuk ke daerah yang dulunya adalah daratan.

Wah ternyata seiring waktu bumi kita mengalami perubahan-perubahan yang mungkin tidak kita sadari. Setelah membaca-baca di internet ternyata tidak hanya di Indonesia terjadi perubahan-perubahan pada kondisi alam . Di luar negeri juga demikian. Badai dan topan yang sebelumnya tidak pernah terjadi pun semakin sering menghantam negara-negara sana. Sebut saja topan Nargis di Myanmar, atau Topan Botchan di Filipina yang menewaskan sekitar 477 jiwa. Dan yang masih segar di ingatan, bagaimana dahsyatnya Topan Sandy yang memporak porandakan Amerika serikat pada November 2012 lalu. Itu yang di luar negeri. Yang paling dekat dengan kita, tentu saja banjir yang melanda ibukota beberapa waktu lalu. 

Ow ow ada apakah gerangan?.

Usut-punya usut , ternyata disinyalir bencana alam-bencana alam yang terjadi ditambah anomali-anomali cuaca yang ada tidak diragukan lagi merupakan dampak dari perubahan iklim.

Menurut yang saya baca, perubahan iklim pada hakikatnya adalah suatu hal yang natural. Karena iklim  bumi bersifat dinamis dan senantiasa berubah melalui siklus alamiah. Dari penelitian, diketahui bahwa perubahan iklim dewasa ini memiliki kecenderungan yang bersifat konstan, yakni meningkatnya temperatur global. Atau sering kita sebut dengan pemanasan global.
Loh, apa hubungannya perubahan iklim dengan pemanasan global ?

Iya, karena salah satu yang menyebabkan terjadinya anomali cuaca  adalah terjadinya perubahan di lapisan atmosfer kita. Padahal seperti kita tahu atmosfer bumi itu, merupakan salah satu perisai yang melindungi bumi secara langsung dari paparan sinar matahari. Dan sinar matahari adalah penentu iklim di bumi ini. Perubahan yang terjadi di atmosfer ternyata lagi disebabkan oleh efek gas rumah kaca. Efek rumah kaca ini lah yang sering dikait-kaitkan dengan yang namanya pemanasan global.

Kok baru sekarang pada heboh ?

Sebenarnya tidak hanya sekarang, dari dulu juga iklim sudah mengalami perubahan, namun saat ini semakin parah karena aktivitas manusia yang memicunya. Gas rumah kaca itu terdiri dari karbodioksida, Dinitrogen oksida, uap air, dan gas methan. Dulu juga gas-gas tersebut sudah ada di atmosfer kita, namun jumlahnya tidak sebanyak sekarang. Karena akhir-akhir ini aktivitas manusia banyak dimudahkan oleh peralatan dan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan gas rumah kaca tadi.

Penyebabnya?

Contoh paling nyata, penggunaan kendaraan bermotor yang semakin hari semakin bikin pusing tujuh keliling. Gimana ngga? Hitung saja berapa jumlah kendaraan yang wira wiri di jalanan, Semua kendaraan tersebut membutuhkan bahan bakar untuk bergerak. Dan pembakaran bahan bakar itu untuk menghasilkan energi gerak akan memproduksi CO2 yang mana merupakan salah satu gas rumah kaca terbanyak di udara.

Pada tahun 2012 saja, jumlah kendaraan bermotor yang menyesaki Jakarta mencapai angka 13 juta (www.BPS.go.id). Itu baru di Jakarta saja, belum digabungkan dengan kendaraan seluruh wilayah Indonesia yang sampai tahun 2011 sudah menembus angka di atas 85 juta kendaraan.

Jumlah kendaraan yang meningkat tajam belakangan ini salah satunya disebabkan karena mudahnya memiliki kendaraan pribadi. Tidak perlu memiliki dana yang besar, cukup dengan DP saja, mobil pribadi sudah bisa dibawa pulang. Tak heran semakin hari jumlah kendaraan semakin menyesaki jalanan. Dan peningkatan jumlah kendaraan tersebut akan similar dengan jumlah CO2 yang menyesaki udara dari waktu ke waktu.

Itu baru sumbangan CO2 dari penggunaan kendaraan bermotor. Belum dari proses produksi maupun distribusinya. Makanya perusahaan-perusahaan kendaraan bermotor terutama mobil yang notabene paling banyak jumlahnya memiliki andil yang cukup besar terhadap pemanasan global.

Trus, apa yang bisa kita lakukan ?

Salah satunya dengan mengurangi sumbangsih gas-gas yang menyebabkan pemanasan global. Dalam hal ini CO2. Dan untuk mengurangi emisi karbon kita perlu tahu Jejak-Jejak Karbon dalam keseharian kita. jejak-jejak karbon ada hampir di setia kegiatan yang kita lakukan. Dengan mengetahuinya , maka kita dapat meminimalisir produksi karbon sehari-hari.

Apa yang menjadi penyebab maka bisa juga menjadi solusi. 


Kendaraan

Efisiensi Bahan Bakar
Kendaraan merupakan salah satu dari tiga besar penghasil emisi karbon di udara. Hal yang dapat kita lakukan adalah kalaupun membeli mobil, belilah mobil yang paling efisien. Efisien salah satunya dengan membeli mobil sesuai kebutuhan. Mobil ukuran kecil biasanya lebih ekonomis, karena membutuhkan bahan bakar yang lebih sedikit. Di samping itu pilih juga mobil dengan bahan baku yang ringan. Karena semakin ringan, konsumsi bahan bakar juga semakin rendah karena dibutuhkan tenaga lebih sedikit untuk menciptakan energi gerak. 

Untuk menghemat bahan bakar juga bisa dengan cara menggunakan bahan bakar sesuai dengan mesin mobil. Salah satunya dengan memilih bahan bakar dengan angka oktan tinggi sehingga pembakaran di mesin lebih sempurna atau menggunakan bahan bakar dengan kepadatan energi yang tinggi.

Pastikan Ban Kendaraan Penuh
Pastikan ban tidak kempes. Dalam keadaan ban penuh, jarak tempuh yang bisa dicapai akan semakin jauh untuk penggunaan bahan bakar yang sama, sehingga akan mengurangi emisi karbon karena pembakaran bensin. Hal ini akan menghemat 150 kg karbon dioksida untuk setiap 10.000 mil berkendara.

Rencanakan Perjalanan Anda
Dalam melakukan perjalanan, akan jauh lebih efisien jika kita mengetahui rute perjalanan yang akan kita tuju. Dengan begitu kita bisa mencari jarak terdekat dan tercepat untuk mencapai tujuan. Hindari jalan yag membelah kota dan dihiasi dengan stoplight,persimpangan dan pejalan kaki. Jalan tol adalah alternatif terbaik. dapat juga melakukan pengecekan melalui siaran radio untuk mengetahui jalan mana yang sedang ada gangguan ,kemacetan,kecelakaan ataupun hal-hal yang menghambat perjalanan.

Sediakan Waktu Yang Cukup
Bahkan untuk pergi bekerja sehari-hari, usahakan berangkat dari rumah tidak mepet jam masuk kantor. Kemanapun tujuan kita selalu sediakan waktu yang cukup untuk sampai kesana. Tanpa stress terlambat ,kita akan berkendara dengan tenang, mengerem dengan perlahan dan menghindari kecepatan tinggi yang kesemuanya itu akan menghemat bahan bakar.
Tidak hanya kita sebagai pemakai mobil yang harus peduli dengan pemanasan global dan isu-isu lingkungan yang mengancam bumi ini. para produsen mobil pun harus aware dengan pencemaran udara dan produksi karbon yang merupakan penyebab pemanasan global. Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dalam memproduksi mobil sangat perlu diterapkan.Karena bagaimanapun produsen mobil turut bertanggung jawab untuk memberikan solusi hidup yang lebih baik.

Salah satunya adalah penerapan teknologi hijau yang ramah lingkungan. Teknologi hijau adalah teknologi yang berbasis lingkungan dalam rangka menjaga sumber daya alam yang langka dan turut meminimalisir produksi zat-zat yang dapat menyebabkan pencemaran udara dan kerusakan lingkungan.


Beberapa hal yang saya utarakan di atas yang bertujuan untuk meminimalkan jejak-jejak karbon dalam kehidupan kita telah dilakukan oleh salah satu produsen mobil di Indonesia melalui tiga jurus teknologi hijaunya yaitu :

Meminimalkan konsumsi bahan bakar
Dengan teknologi " Eco Idle", yang memungkinkan mesin hidup dan mati secara otomatis dalam keadaan lalu lintas macet atau dalam kondisi kecepatan di bawah 7 km/jam. Konsumsi bahan bakar juga bisa dihemat dengan pemakaian mesin 2 silinder turbocharged. Ditambah dnegan active ignition system, efisiensi bahan bakar bisa mencapai 30 persen

Menjaga Sumber Daya Alam
Produksi mobil dengan menggunakan sumber daya alam yang lebih sedikit, yaitu dengan menciptakan mobil yang memiliki rangka yang ringan. Akibatnya biaya yang dikeluarkan pun lebih sedikit. Mobil dengan cc rendah juga turut menjadi inovasi. Dengan cc yang rendah maka konsumsi bahan bakar juga semakin sedikit yang artinya juga turut menjaga sumber daya alam, karena bahan bakar merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui

Ramah Lingkungan
Penerapan sistem i-EGR yang mampu meminimalkan keluaran gas CO2 karena pembakaran yang terjadi di mesin berlangsung sempurna. Dalam pengurangan emisi gas CO2 ini, produsen mobil tersebut juga fokus pada penggunaan bahan bakar baru Hidrazin Hidrat yang merupakan campuran air dan hydrogen. Bahan bakar ini memiliki kepadatan energi yang tinggi dan menghasilkan nol CO2. Dengan semakin minimalnya emisi CO2 maka Daihatsu sudah turut menjaga lingkungan dari pencemaran.

Dengan inovasi tersebut, Daihatsu yang merupakan produsen mobil yang peduli dengan lingkungan sudah turut bertanggung jawab dan memberikan solusi bagi terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik bagi penghuni bumi ini. Penerapan sistem produksi dengan sebutan SSC ( Simple, Slim and Compact ) telah menghasilkan mobil ramah lingkungan. Yaitu mobil dengan teknologi hijau dari mulai pembuatan, pendistribusian hingga ke pemakaian.






Gambar : Koleksi Pribadi, Created by windiland

Referensi :
  1. http://www.daihatsu.co.id
  2. http://www.climatechangesask.com/html/learn_more/Impact_Adaptation/Impacts_expected_doing/Communities_Imp_Adapt/index.cfm
  3. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global









Tidak ada komentar:

Posting Komentar