Sebagai banci kontes yang sudah putus urat malu perkontesannya ( banyakan kalahnya daripada menangnya), beberapa kali saya mengalami yang namanya di PHP-in sama penyelenggara lomba.
Macem-macem deh tabiat penyelenggara yang tidak bertanggung jawab. Dari mengundurkan jadwal pengumuman, sampai malah ngga ada pemenang sama sekali. Dari hadiah yang di down grade sampai yang tak kunjung diterima. Haduh, kenyang deh.
Yang paling membekas di hati itu, saat saya mengikuti lomba berhadiah jalan-jalan dari sebuah merk kopi ternama. Waduh, semangatnya epic banget deh. Mulai dari membuat video, share ke semua sosial media sampai yang nulis rencana-rencana liburan gitu. Bagaimana tidak, hadiah yang ditawarkan begitu menggiurkan. Pemenang utama bisa jalan-jalan ke tempat wisata yang diiginkannya bersama brand ambassador produk itu, yang mana kita juga bisa pilih mau pergi dengan siapa. Trus finalis yang tidak menjadi pemenang utama, akan diundang gathering bersama para brand ambassador dan nantinya diberi hadiah berupa jalan-jalan yang dilakukan sediri ( tidak bersama artisnya). Wiiih, bikin mupeng kan, secara kesempatannya menangnya lumayan besar.
Tiba pengumuman lomba, saya termasuk salah satu dari finalis terpilih. Aduh kebayang langsung hadiah jalan-jalan gratis. Namun, apa dinyana, sebulan dua bulan tiga bulan lomba tersebut tidak ada kabarnya. Ah, sedang proses verifikasi kembali mungkin, pikir saya. Empat bulan berlalu, saya masih mikir, mungkin nunggu pemenang utama selesai dulu jalan-jalannya. Lima bulan tidak ada kabar, saya mulai curiga. Ada apa nih dengan panitianya.
Penasaran, saya kirim pesan melalui inbox perihal hadiah yang dijanjikan kepada finalis. Sebulan tidak mendapat jawaban, saya kirim pesan lagi, setelah tiga kali saya bombardir dengan inbox disertai ancaman akan saya tulis di media massa, barulah si panitia menanggapi. Yang intinya, mereka menerangkan bahwa terjadi kesalahpahaman. Terus saya disuruh menunggu seminggu karena akan diadakan rapat internal.
Seminggu kemudian, saya terima email yang mengundang para finalis untuk mengikuti seleksi lanjutan. Jadi kami disuruh lagi membuat video, dan nanti peserta terpilih yang akan memenangkan hadiah jalan-jalannya. Wuiih, terang saja saya mangkel, berasa ditipu mentah-mentah. Itu sih cuma akal-akalannya panitia saja. Lah, jelas-jelas kemarin kami sudah dinyatakan sebagai pemenang, kok sekarang mau diseleksi lagi, apalagi periode lomba sudah berakhir dan saat itu lagi berlangsung lomba yang sama tahap 2. Saya menolak dan mengajukan keberatan. Kembali saya berikan ancaman , jika hadiah saya tidak diberikan, maka akan saya sebarkan melalui blog, sosial media dan surat kabar nasional.
Dalam hal ini saya meniru cara salah seorang pemenang lomba mie instan yang sempat heboh kala itu., yang memiliki kasus kurang lebih sama. Bukannya dapat hadiah, malah beliau cuma diganjar dengan kurang lebih 3 kardus ( saya lupa jumlahnya) mie instan tersebut. benar-benar penghinaan. Tapi selanjutnya saya tidak megikuti lagi perkembangan kasusnya.
Nah, sepertinya gertakan saya cukup membuat mereka gentar. Berkali-kali saya dihubungi pihak agenci, dan membujuk saya untuk tidak menulis di media massa. Sampai akhirnya mereka menawarkan jalan damai dengan meminta bertemu dengan saya secara pribadi. Jarak antara komplain pertama saya dengan ajuan untuk bertemu memakan waktu hampir 3 bulan, cukup melelahkan bagi saya. Saat itu saya sudah tidak berharap hadiahnya lagi, hanya berharap pertanggung jawaban mereka terhadap kami. Bagaimanapun juga, seperti kata teman saya bahwa peserta lomba dan penyelenggara lomba adalah partner. DImana jika yang satu sudah memenuhi kewajibannya, maka pihak yang satunya pun harus memberikan haknya.
Akhirnya, setelah bertelepon beberapa kali, dan membatalkan pertemuan beberapa kali karena saat itu saya baru melahirkan, pihak kopi tersebut pun mengetuk pintu rumah saya.
Sebenarnya saya sudah bersiap untuk ngomel panjang lebar, tapi begitu yang datang adalah seorang mba-mba yang wajahnya sangat baik hati dan terlihat agak takut, saya pun urung. Setelah basa-basi, pihak mereka menyatakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada saya. Dan meminta saya untuk tidak melanjutkan protes. Dan yah nasib saya tidak lebih baik dari si pemenang mie instan yang saya tiru. Saya hanya diberi berupa paket kopi yang bisalah saya habiskan dalam waktu 6 bulan. Lumayan banyak, tapi tidak sebanding dengan hadiah yang sehatusnya saya terima hiks.
Dan seperti yang saya duga, seleksi yang katanya akan dilakukan lagi untuk para finalis itu tidak ada lanjutannya, alias beneran cuma akal-akalan mereka. Istilahnya test the water lah, kalau ada peserta yang ikut dilanjutkan, kalau ngga yo wis sepanjang ngga ada yang protes lagi. Haduh, TERLALU. Tapi bagaimanapun juga saya tetap menghargai itikad baik panitia, dengan menemui saya dan meminta maaf secara khusus. DI banding saya dicuekin, hayooo.
Dan akhirnya saya mengikhlaskan saja hadiah itu, soalnya saat itu saya masih excited dapat hadiah dari Allah, si Tara yang imut-imut itu. Suami saya juga menyarankan agar saya melupakannya, biar tenang gitu, hahaha berasa gimana gitu.
Ternyata setelah saya mengikhlaskan, hati saya malah plong, ngga ada lagi gondok dan pengen ngesmekdon si panitia. Dan belakangan, malah banyak hal-hal yang sepertinya merupakan pengganti dari Allah.
Nah, kemarin, lagi-lagi ada panitia lomba yang lucu banget. Mana tentang korupsi lagi. Sudah ingkar dari pengumuman pemenang, masih lagi mengingkari DL lomba. Jadi kata mereka hampir 100 persen peserta lomba melewati DL. Olala, parah banget ngelesnya. Yang bikin tambah kesel, bukannya nyerah aja gitu dimisuh-misuhin para psereta, eh malah ngomel-ngomel dan bilang " terserah" terserah gitu sama peserta, xixixi. Tapi ya sutralah, males banget mikirin ntu lomba yang ngga jelas.
Kesini-kesini, kalau mau ikut lomba apapun mesti hati-hati dan siap-siap kalo di PHP-in sama panitia.
Dan seperti yang saya duga, seleksi yang katanya akan dilakukan lagi untuk para finalis itu tidak ada lanjutannya, alias beneran cuma akal-akalan mereka. Istilahnya test the water lah, kalau ada peserta yang ikut dilanjutkan, kalau ngga yo wis sepanjang ngga ada yang protes lagi. Haduh, TERLALU. Tapi bagaimanapun juga saya tetap menghargai itikad baik panitia, dengan menemui saya dan meminta maaf secara khusus. DI banding saya dicuekin, hayooo.
Dan akhirnya saya mengikhlaskan saja hadiah itu, soalnya saat itu saya masih excited dapat hadiah dari Allah, si Tara yang imut-imut itu. Suami saya juga menyarankan agar saya melupakannya, biar tenang gitu, hahaha berasa gimana gitu.
Ternyata setelah saya mengikhlaskan, hati saya malah plong, ngga ada lagi gondok dan pengen ngesmekdon si panitia. Dan belakangan, malah banyak hal-hal yang sepertinya merupakan pengganti dari Allah.
Nah, kemarin, lagi-lagi ada panitia lomba yang lucu banget. Mana tentang korupsi lagi. Sudah ingkar dari pengumuman pemenang, masih lagi mengingkari DL lomba. Jadi kata mereka hampir 100 persen peserta lomba melewati DL. Olala, parah banget ngelesnya. Yang bikin tambah kesel, bukannya nyerah aja gitu dimisuh-misuhin para psereta, eh malah ngomel-ngomel dan bilang " terserah" terserah gitu sama peserta, xixixi. Tapi ya sutralah, males banget mikirin ntu lomba yang ngga jelas.
Kesini-kesini, kalau mau ikut lomba apapun mesti hati-hati dan siap-siap kalo di PHP-in sama panitia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar