Barusan nonton Desperate Housewife ( again and again ). Episode Susan mau periksa kehamilannya ke dokter kandungan. Karena sahabatnya Bree juga lagi hamil ( hamil boongan ), maka Susan minta alamat dokter kandungan langganan Bree. Tentu saja Bree berusaha berkilah, dengan mengatakan dokternya jauhlah dan sejumlah alasan. Sebab sebenarnya Bree tidak hamil, hanya kamuflase untuk mempersiapkan jika nanti putrinya yang masih remaja dan hamil diluar nikah melahirkan, akan diakuinya sebagai anaknya. Namun karena Susan terus memaksa akhirnya Bree mencomot begitu saja nomor telepon dan alamat dokter kandungan yang ada di buku telepon.
Dengan riang gembira Susan pergi ke tempat praktek sesuai dengan alamat yang diberi. Ternyata, dokter yang diberi Bree adalah dokter khusus aborsi ( hii ngeri juga bayanginnya ). Untunglah Susan selamat dari tangan si dokter. Sekembalinya ke rumah, Susan marah besar pada Bree. Bree yang lagi kalut karena dikabarkan bayi di kandungan anaknya mengalami masalah tidak terlalu mempedulikan kemarahan Susan. Hingga Susan terus ngomel ke Bree, mengatakannya teman yang tega bla bla bla. Dengan gusar akhirnya Bree membentak Susan, " Oh My God Susan, Not everything is about you". Susan pun terdiam.
Saya jadi ikut terdiam , dan langsung merenung. Betapa terkadang kita bersikap seperti Susan. Merasa everything is about me. Atasan marah, langsung ngerasa dia benci sama kita. Teman tiba-tiba jadi pendiam, curiga dia udah males ngomong sama kita. Suami ngga mau diajak ngobrol, nuduh udah ngga sayang. Anak ngga mau makan, langsung sedih merasa masakan kita ngga enak. Padahal bisa jadi mereka memiliki masalah masing-masing.
Ternyata atasan anaknya dirumah sakit, jadi agak sensitif. Teman kita ternyata lagi sakit gigi. Ternyata lagi, klub sepakbola suami kemarin malam kalah. Dan anak kita barusan dikasih coklat sama tantenya, pantes kenyang. Nah lo.
Dulu saya punya tetangga, yang selalu kegeeran. Saat suaminya naik jabatan di kantor, dia akan cerita, kalau teman suaminya banyak yang iri. Atau saat anak-anaknya sukses, dia akan bilang, semua orang mengira ia nyogok padahal memang anaknya yang pintar. Atau saat ia beli mobil baru, ia akan bilang si Anu pasti mikir suami saya korupsi, padahal dia nabung, begitu seterusnya.
Betapa sering kita merasa semua orang mengikuti gerak-gerik kita. Emang kita siapa? artis bukan, pejabat belum, calon presiden bukan juga.
Contoh kecil,saat seseorang menulis status di sosmed. Maksudnya teman hanya mengungkapkan perasaannya eh kita malah ngerasa itu status no mention untuk kita. Dia ngritik siapa trus kita kegeeran itu ditujukan untuk kita. Yang paling parah kalo sampe bikin status tandingan, ditambah lg menggunjingkannya di ruangan tertutup,via inbox,bbm bahkan sms-an. Apalagi sampai ngumpulin massa untuk menyerang status yg kita kira adalah kritik ke kita.hadeeeh berabe kan kalo salah alamat. Sosmed itu media umum,jadi jgn dikit2 sensi. Kalo ada yg protes dg orang yg suka makan jengkol trus kita mencak2 ngerusuhin statusnya dg kekeuh semeukeh menyuruh dia mengedit jadi protes sama penyuka pete,itu namanya kegeeran tingkat dewa.
Friends,meskipun kita termasuk orang yang mungkin terbilang berbeda di lingkungan kita, bukan berarti semua orang aware kok sama kegiatan kita. So, not everything is about you. Semua orang juga punya kesibukan sendiri, punya masalah sendiri, punya prestasi sendiri. Jangan selalu merasa apa yang kita lakukan disoroti orang.
Friends,meskipun kita termasuk orang yang mungkin terbilang berbeda di lingkungan kita, bukan berarti semua orang aware kok sama kegiatan kita. So, not everything is about you. Semua orang juga punya kesibukan sendiri, punya masalah sendiri, punya prestasi sendiri. Jangan selalu merasa apa yang kita lakukan disoroti orang.
Lakukan saja kegiatan kita, tanpa berprasangka orang lain membicarakannya. Kata nenek bergunjing itu dosa, apalagi menggunjingkan orang yg tidak punya masalah dengan kita hanya karena solidaritas,hayooo pernah ngga ?
Kalau kata Asma nadia, jangan jadi Muslimah yang nyebelin deh :)).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar