( Finalis Lomba Blog Paling Indonesia )
Bip, bip., lagi asik bekerja, sebuah pesan BBM masuk ke ponsel saya, dari seorang teman bernama Eka, dan terjadilah perbincangan berikut :
Eka: “ Win, boleh nanya ga”
Saya: “ Alah elo, pake minta ijin segala”
Eka: “ Hehehe, harga Ipad di Jakarta berapa ya, lebih murah ga dari di Medan”
Saya: “ Kayaknya sekitar 8 jutaan deh, ciee mau beli ipad ni ye, mahal tauk mending galaxy tab aja, lebih murah, dan lebih user friendly”
Eka: “ Ngga ah, aku mau yang ada gambar apel kegigit itu, sekalian kan memorynya gede jadi bisa buat ngegame anakku."
Saya; “ What???, ipad buat nge-game?, gile tajir amat lo, kalo gw itu mah buat telenan”
****
Sebenarnya bukan sekali ini saja saya mendengar teman-teman kantor membelikan ipad, iphone, laptop untuk mainan anaknya di rumah. Bahkan ada temen saya, sewaktu kehilangan laptop , yang dikhawatirkan bukan file atau dokumen pekerjaan di dalamnya, tetapi file game anaknya. Lucu juga yah.
Bahkan games pun mengalami metamorphosis. Beberapa tahun lalu masih angot-angotnya nge-games pakai Spica, kemudian naik jadi Nintendo dengan permainan legendarisnya Mario Bross. Trus Timezone mewabah , Setiap hari libur ke mall, anak-anak tidak pernah absen main Timezone, bahkan saya yang dulu sudah kuliah saja seneng banget main di Timezone, balap mobil itu permainan favorit saya.
Semakin sibuk orangtua, sudah tidak sempat lagi main ke Timezone, Playstation menjamur. Mulai dari PS 1, PS 2 sampai PS 3. Semakin tinggi serinya semakin canggih dan tentu saja semakin mahal. Suami saya yang sudah kepala tiga saja suka banget main Play station ini. Karena kami cuma berdua di rumah. Terkadang saya dipaksanya ikut main games Winning Eleven. Ya memang, mana enak main PS sendirian, apalagi main bola.
Huh, saya sering berfikir, sekarang ini mau main aja kok mahal amat sih ya. Salah seorang teman saya yang terlanjur berjanji ke anak-anaknya untuk bermain ke Dufan setelah selesai ujian sekolah mengeluh “ Gilaaa, gue ke Dufan, bareng anak gue dua orang, ayahnya plus pembantu habis satu juta dua ratus, bikin nyesek aja “.
Kasihan sekali ya orang jaman sekarang, terutama anak-anak di kota. Mau ke pantai bayar, lihat ikan bayar, lihat monyet bayar, main mobil-mobilan bayar, main bola bayar juga,. Tidak seperti jaman saya kecil dulu.
Ah apa kabar ya dengan permainan tradisional masa kecil kita dulu. Ayok ah, saya ajak bernostalgia kembali, syukur-syukur ada orangtua yang membaca dan mau memperkenalkan permainan-permainan ini ke anak-anaknya.
1. Karet Merdeka
Ini permainan khusus anak perempuan. Saya biasa main ini saat istirahat sekolah. Alatnya sederhana banget. Hanya karet gelang yang dipilin sampai panjang tertentu. Pemainnya minimal dua orang, semakin banyak semakin seru. Kalau yang main dua orang, maka ujung karet yang satu diikat ke sebuah tiang, pohon juga bisa.
Cara mainnya, sederhana banget, hanya melompati karet denga ketinggian tertentu. Jika pemain berhasil melompati karet tersebut maka ia akan terus main sampai kelelahan. Tapi kalau gagal, ia akan menngantikan si pemegang karet hingga ada pemain lain yang gagal dan menggantikannya
Ada beberapa ketinggian karet yang harus dilompati. Pertama setinggi lutut, kemudian pinggang. Sampai disini karet tidak boleh kesenggol anggota badan. Kalau kesenggol berarti dia menggantikan posisi pemegang karet. Lalu dilanjutkan dengan posisi ketiak, bahu. Di posisi ini pemain boleh menganai karet tetapi tetap harus melompat di atasnya tidak boleh terjerat. Dilanjutkan dengan posisi di telinga, kepala, satu jengkal diatas kepala, dua jengkal di atas kepala, hingga posisi merdeka yaitu posisi tangan diacungkan setinggi-tingginya seperti gerakan mengucapkan kata ‘ Merdeka”.
Sampai posisi bahu sih para pemain biasanya berhasil melewatinya. Dari posisi telinga ke satu jengkal di atas kepala, banyak pemain yang mulai mengalami kesulita. Setelahnya, dua jengkal diatas kepala hingga posisi merdeka, disini banyak terjadi pergantian pemain.
Makanya dlu, bersyukur banget deh anak yag punya tungkai kaki panjang, pasti selalu menang kalau main karet. Namun jangan khawatir, untuk anak berpostur mini kayak saya, boleh menggunakan cara lain kok, namanya apa ya saya lupa. Tapi gerakan memutar seperti baling-baling. Tangan ditumpu ke tanah, posisi kepala di bawah, dan kaki dilentingkan sejauh-jauhnya ke atas.
Katanya kalau sering main karet bisa tinggi lho, Ga tau juga sih benar atau tidaknya, tapi banyak hal yang bisa kita pelajari dari permainan ini. Bahwa semua butuh proses, kita tidak bisa melompati posisi kepala kalau belum melewati telinga, bahu, pinggang dan lutut. Untuk itu dibutuhkan kerja keras sebelum kita mencapai posisi puncak.
2. Pecah Piring

Bangunan sekolah, SD, SMP, masih sering menggunakan asbes. Dan dulu di setiap gedung sekolah selalu saja ada asbes yang bolong dan pecah. Pecahan ini dikumpulkan untuk kemudian digunakan pada permainan pecah piring.
Cara mainnya gampang banget, kumpulkan sejumlah anak, biasanya 8 orang, bagi jadi 2 grup. Untuk menentukan mana yang bermain, mana yang berjaga, maka dilakukan hompimpa atau suit juga bisa. Siapa yang kalah grupnya bertugas menjadi penjaga. Kemudian si penjaga menyusun pecahan asbes/keramik/batu ( untuk selanjutnya saya sebut piring) tadi, disusun vertical, hal ini tidak gampang karena ukuran piring yang tidak seragam. Kemudian tumpukan piring tersebut di letakkan di tempat yang sudah ditentuan. Kira-kira berjarak 3 meter dibuat garis. Garis ini sebagai tempat berdiri peserta dari grup lawan. Grup lawan melempar bola kasti ke arah tumpukan piring tadi. Begitu tumpukannya jatuh berhamburan ( pecah piring), semua peserta berlarian ke segala penjuru.
Grup lawan berusaha menyusun kembali tumpukan piring. Hal ini tidak mudah, karena disamping ukuran keramik yang tidak seragam, mereka juga sewaktu-waktu bisa terkena lemparan bola dari grup jaga.
Jadi di grup lawan ada yang bertugas menghalau grup jaga agar tidak menghancurkan kembali piring yang telah disusun, ada juga yang bertugas menyusun piring.
Sedangkan tugas grup jaga adalah mengambil bola kasti yang dilempar tadi dan menghalau agar piring yang sudah pecah dan berhamburan tadi tidak bisa disusun kembali oleh grup lawan. Mereka menghalau dengan cara melempar bola kasti ke anggota grup lawan. Hanya bisa pakai bola, ga boleh menghalau dengan cara memegang atau menarik angggota tubuh lawan.
Grup jaga berusaha mengurangi anggota grup lawan dengan melempar bola ke arah mereka. Siapa yang terkena bola tidak boleh main lagi. Semakin banyak yang terkena bola, maka semakin sedikit peluang piring tersusun kembali. Kalau sampai anggota grup lawan habis terkena bola dan piring belum tersusun maka, grup tersebut kalah. Dan permain berlanjut dengan kedua grup bertukar tempat, begitu seterusnya.
Ni permainan bikin sehat banget dan bikin spot jantung. Karena sepanjang permainan kita lari-lari terus, berusaha meghindari dilempar bola. Trus deg-degan, karena sambil nyusun piring, kita was-was kalau-kalau tiba-tiba ada bola yang malayang ke arah kita. Duh senengnya.
Permainan ini, asyik kalau dimainkan di lapangan terbuka. Dulu saya mainnya, sepulang dari sekolah ngaji ibtidaiyah. Atau kalau kebetulan malam minggu dan terang bulan.
3. Galasin

Peserta terdiri dari dua grup. Grup jaga, dan grup yang main. Filosofinya permainan ini sih, pertahanan, kewaspadaan dan strategi menembus penjagaan lawan.
Cara mainnya, pertama buat dulu kotak yang cukup besar di tanah, cukup digaris pakai kayu. Tekan kayu agak keras ke tanah, biar garis yang dibuat tidak mudah hilang. Kotak tersebut kemudian dibagi menjadi enam bagian atau lebih ( tergantung jumlah pemain). Kalau mau gampang gunakan saja lapangan badminton atau lapangan bulu tangkis, biasanya kan sudah ada kotak-kotaknya, jadi lebih jelas garisnya.Masing-masing garis dijaga oleh satu orang. Anak yang berjaga digaris horizontal hanya boleh bergerak ke kiri dan ke kanan. Sedangkan anak yang berjaga di garis vertical boleh bergerrak bebas, bahkan sampai ke luar kotak yang dibuat. Jadi ini posisi yang paling berbahaya.
Aturan main, grup yang lebih dulu main harus bisa menerobos pertahanan lawan sampai keluar kotak. Pemain dianggap kalah jika ada salah satu pemain yang terkena senggol oleh grup jaga. Jadi mesti berhati-hati dan bergerak cepat. Untuk memenangkan permainan seluruh pemaian harus lolos sampai keluar dari kotak, maka grup tersebut dinyatakan menang.
Strateginya sih., garis yang dijaga kan lumayan panjang, jadi saat masuk kotak pertama usahakan mengecoh penjaga dengan membuat ia sibuk menjaga seseorang sehingga yang lain bisa bebas lewat. Lucunya terkadang si pemain sudah berhati-hati untuk tidak terkena senggol oleh penjaga garis horizontal namun tiba-tiba saja dia disambar oleh penjaga garis vertical yang bebas bergerak kemana pun. Ini mengajarkan kita untuk tidak boleh lengah jika sudah bebas dari sebuah rintangan.
Permainan ini bisa membuat keringat mengucur jelas. Semakin gesit si pemain semakin gampang ia memenangkan permainan. Dulu kalau hari libur, bisa seharian saya main galasin. Pulang-pulang badan hitam karena tersengat matahari.
4. Kuda Tungging
Dari namanya saja sudah jelas ya permainannya, ya seperti kuda nungging. Tidak ada peralatan yang digunakan. Satu-satunya yag harus ada adalah tempat bersandar yang kokoh, usahakan bukan dinding. Biasanya dipakai tiang listrik atau pohon kelapa.
Seperti biasa, pemain dibagi menjadi dua grup, masing-masing berjumlah 4 sampai enam orang. Lebih banyak juga bisa, tapi nanti kudanya terlalu panjang. Lakukan hompimpa sebelum memulai permianan. Yang kalah bertugas menjadi kuda tungging, sedangkan yang menang bertugas menaiki kudanya.
Jadi misalnya satu grup terdiri dari 5 orang, 4 orang akan menjadi kuda, dengan cara menunduk seperti posisi rukuk, dan berpegangan ke pinggang kuda di depannya. Kuda terdepan berpegangan ke salah satu anggota yang berdiri dan bersandar di tiang listrik atau pohon kelapa tadi, tujuannya agar kuda-kudanya kuat. Akan terbentuk formasi 4 kuda yang nungging. Yang harus diperhatikan, usahakan kepala terlindungi.
Kemudian pihak pemain yang terdisi dari 5 orang juga, harus naik ke atas kuda. Semua peserta harus naik dan bertahan di atas punggung kuda sampai salah seorang melakukan suit dengan peserta jaga yang berdiri di tiang listrik.
Nah kebayang susahnya kan. Kudanya Cuma 4, tapi yang naik harus lima orang. Strategi yang harus dipakai, si penunggang kuda pertama harus bisa melompat jauh ke depan, agar temannya yang di belakang , semua bisa naik ke atas punggung kuda. Terkadang kejadian, si penunggang pertama tidak cukup lompatannya, sehingga ia nyangkut di punggung kuda keempat. Akibatnya, empat orang teman berikutnya akan menumpuk di kuda nomor empat. Disini adu fisik terjadi. Antara kuda nomor empat yang diganduli 5 pemain, atau 5 pemain akan satu persatu jatuh, karena tumpukan yang tinggi.
Kalah-menang ditentukan oleh beberapa hal. Siapa yang menang suit dia yang menang. Atau siapa yang jatuh dari punggung kuda maka grupnya kalah. Atau si kuda tumbang, itu juga bisa menyebabkan kekalahan.
Kalau saya pikir-pikir sekarang sebenarnya permainan ini bahaya banget. Karena bisa tanpa sengaja kaki penunggang kuda menendang kepala kuda.
Seingat saya, ini adalah permainan yag paling saya sukai. Karena disini benar-benar dibutuhkan strategi dan perhitungan yang matang agar seluruh pemain bisa naik di atas punggung kuda. Termasuk pemilihan siapa yang menjadi kuda dan siapa yang bertugas berdiri di tiang listrik tanpa menjadi kuda. Tugasnya hanya melakukan suit. Nah disini beratnya, kelanjutan permainan sangat bergantung pada hasil suit. Siapa yang menang akan menjadi penunggang kuda. Sedangkan yang kalah menjadi kuda kembali. Permainan ini juga mengajarkan arti kerjasama dan saling menguatkan.
5. Patok Lele

Permainan ini diikuti oleh dua regu. Alat yang digunakan terdiri dari dua batang kayu. Yang satu pendek ( lelenya) dan satu panjang ( patoknya) yang berfungsi sebagai pengungkit atau pemukul.
Pertama-tama , buat dulu lubang di tanah untuk meletakkan kayu yang berukuran kecil ( lele). Buat juga garis untuk menentukan batas lele boleh dilambungkan. Tim yang berjaga berusaha menangkap. Jika berhasil mereka memperoleh nilai 50. Namun, kalau gagal, giliran tim yang mengungkit memperoleh nilai.
Ada beberapa tahapan permainan
Pertama, Lele diletakkan melintang di cekungan tanah, lele didongkrak dan dilentingkan melewati garis yang ditentukan. Jika lele tadi tertangkap, maka giliran lawan yang melakukan pengungkitan. Tapi jika lawan Anda tidak mampu menangkap lele tadi maka dia masih berhak melemparkan lele tadi ke induknya (yakni tuas pengungkit atau pemukul tadi) yang diletakkan dengan posisi melintang di atas lubang untuk lele diungkit tadi.
Jika dalam lemparan ke induknya itu kena, berarti lawan Anda yang memperoleh giliran mengungkit. Begitu seterusnya bertukar tempat.
Namun jika lele tidak tertangkap dan saat kesempatan melempar lele ke induknya juga gagal, maka permainan berlanjut ke tahap berikutnya.
Letakkan lele di cekungan tanah dengan posisi miring 15 derajat hingga 45 derajat. Ketukkan ujung lele tadi dengan tuas pengungkit (pemukulnya) hingga berputar vertikal di hadapan Anda. Sebelum dipukul dengan tuas pemukul tadi sejauh-jauhnya upayakan dilambungkan beberapa kali lebih dahulu.
Semakin banyak lele tersebut dipukul dan bertahan di udara maka nilainya semakin tinggi., tek tek tek. Setelah dirasa cukup segera lempar lele tersebut sejauh-jauhnya, biasanya dengan gerakan seperti ‘SMASH” ( memukul dengan cepat dan keras) ke arah lawan. Pletakk”, lele tadi melesat jauh dari tempatnya diungkit. Penilaian dilakukan berdasarkan seberapa jauh lele tadi mendarat dihitung dari lubang tempat diungkit. Ngitungnya pake kayu pengungkit tadi. Semakin jauh semakin tinggi nilainya.
Perhitungan nilainya , jika tongkat berhasil dipukul dan tidak tertangkap, poinnya adalah 5. Namun jika lawan berhasil menangkap dengan tangan kanan, lawan mendapat tambahan poin 5, jika dengan tangan kiri poin 10, jika kaki kanan 15, kaki kiri 20.
Tim yang paling cepat mengumpulkan nilai 200 adalah pemenangnya. Sementara tim yang kalah harus menggendong pemenang mengitari lapangan permainan. Seru banget kan.
Saya dulu biasanya pasti kebagian jadi tim yang menggendong, lah kalah terus. Padahal udah dibuatin ayah saya patok lele yang bagus dan udah latihan berkali-kali, Ngga bakat kali ya.
6. Serampang Dua Belas
Atau sering juga disebut serimbang. Yang dibutuhkan hanya batu dengan ukuran kecil berjumlah dua belas biji. Kalau sekarang mungkin sudah modern bisa dibeli di toko-toko mainan. Bisa juga dengan biji kenari. Nah karena dulu keluarga saya tinggal di perkebunan, kami sering menggunakan biji sawit untuk biji serimbangnya.
Cara mainnya mudah saja, batu-batu tadi dikumpulkan, kemudian sebuah batu yang agak besar dilambungkan ke atas sambil batu yang lain di serakkan. Pertama-tama batu diambil satu persatu sampai habis. Kemudian dua dua, lalu tiga-tiga. Semakin lama yang harus diambil semakin banyak, hingga akhirnya harus bisa mengambil duabelas sekaligus. Kalau mau gampang, batu yang dilemparkan ke atas yang berfungsi sebagai induk bisa diganti dengan kelereng, sehingga bisa memantul telebih dahulu.
Paling asik dimainkan, saat bulan puasa setelah sholat subuh. Karena tidak menguras tenaga, dan tidak menyebabkan haus. Cukup sambil duduk-duduk di teras rumah.
7. Tam-tam Buku

“Tam-tam buku seleret tangga lima
tebegel mata hantu anak belakang tangkap satu
bunyi lonceng pukul satu
teng..teng..teng..teng..tengteng...”
tebegel mata hantu anak belakang tangkap satu
bunyi lonceng pukul satu
teng..teng..teng..teng..tengteng...”
Saat nyanyian selesai, anak yang berada tepat di bawah terowongan akan ditangkap. Kemudian ia diberi satu pertanyaan pilihan yang sebelumnya jawaban sudah disepakati oleh kedua penjaga gerbong. Misalnya pilih mangga atau jeruk. Jawaban yang pas dengan salah satunya akan mengambil posisi tepat di belakang salah satu penjaga. Begitu seterusnya sampai anak yang berbaris habis. Siapa yang pengikutnya paling banyak dia lah yang menang, dan yang kalah harus menangkap orang yang paling belakang dari lawannya. Jadi si lawan akan berusaha melindungi anak yang paling belakang dengan berlari menghindari ekornya tertangkap musuh.
8. Wak Wak Udin

Mainnya gini, satu anak bersujud, sedangkan anak-anak lain( 3 sampai 5 anak) meletakkan tangannya di atas punggung anak yang sujud tadi sambil melingkarinya. Posisi tangan terbuka ke atas. Lalu salah seorang anak menggenggam batu kerikil, atau biji atau apa sajalah dan memindahkan batu tersebut pada telapak tangan tiap-tiap anak secara berurutan sambil bernyanyi lagu wak udin.
“ Wak wak Udin wak Udin mau kawin
Potong lembu panjang, potong lembu pendek
Tak guntel lewe lewe, tak guntel lewe lewe.”
( kalau ada yang bingung, di Medan, lembu pendek itu sebutan lain untuk babi)
Saat lagu berakhir, batu tersebut sudah berada di salah satu anak. Semua anak menggenggam tangannya. Si anak yang bersujud disuruh menebak, di tangan siapa batu tadi.
Bila tebakannya benar, si pemegang batu akan menggantikannya sujud atau nungging. Dan bila salah, maka si anak yang bersujud tadi akan bersujud lagi di permainan berikutnya.
Terkadang ada anak yang ga pintar menebak, berkali-kali salah, sehingga dia nungging terus-terusan. Kalau dalam bahasa saya di Medan, namanya ‘ Locak’ ( kalah berkali-kali), wah itu malunya ga ketulungan, bisa merendahkan harkat dan martabat serta menjadi aib sampai besar. Nanti kami bakal menyorakinya sambil bilang “ Butet locak, butet Locak”. Kalau ga tahan mental biasanya si Butet bakal nangis dan gak mau main lagi.
9. Engklek

Permainan dimulai dengan melempar gacok ( sejenis kuaci yang besar), bisa juga dengan batu. Gacok tersebut tidak boleh melewati kotak-kotak yang digambar, harus didalmnya. Kemudian si anak akan melompat-lompat dengan satu kaki, untuk mengambil gacok tersebut. Saat tiba di rok, ia boleh menapak dengan dua kaki, begitu juga dengan bagian bahu.
Mula-mula gacok dilempar di bagian kaki, kemudian rok, dada, bahu terakhir kepala. Setelah semua berhasil dilalui, tahap berikutnya adalah, ngambil bintang. Si anak berdiri membelakangi gambar. Kemudian ia melempar gacok melewati kepala. DImana gacok tersebut jatuh, disitu menjadi bintangnya. Bagian yang sudah menjadi bintangnya, tidak boleh diinjak lawan mainnya. Sehingga semakin banyak dia mendapat bintang, lawannya akan kesulitan melalui gambar tadi. Kalau semua sudah penuh bintang, maka dilanjutkan ke bulan. Di buat lingkaran di atas kepala. Begitu seterusnya. Yang kalah adalah anak yang tidak berhasil mengambil gacoknya dan kembali keluar gambar dengan selamat.
10. Laga Kelatak
![]() |
http://halibitonganomtatok.wordpress.c |
Pernah dengar kelatak??. Kelatak itu adalah buah dari pohon rambung, atau pohon karet. Ya , permainan ini hanya populer di daerah perkebunan karet. Di belakang rumah masa kecil saya adalah perkebunan karet. Sepulang sekolah saya dan abang saya suka sekali ke sana mengumpulkan kelatak. Buahnya bulat kecil berwarna coklat. Konon katanya kelatak yang bagus dan kuat adalah kelatak dengan permukaan kulit yang mulus dan berwarna agak kehitaman. Kelatak yang biasa berwarna coklat muda dengan garis-garis putih. Maka untk mencari si kelatak unggulan, dibutuhkan usaha ekstra. Biasanya kelatak jagoan itu tertutup diantara dedaunan dan terkubur tanah. Mungkin karena umurnya yang lama, membuat kelatak tersebut lebih kuat dari yang baru jatuh dari pohon.
Selain untuk bermain, kelatak ini juga laku dijual. Jaman saya SD sekilo 300 rupiah. Kalo mau nambah uang jajan , saya akan mengumpulkan berplastik-plastik kelatak dan menjualnya ke pengumpul kelatak. Kecil-kecil otak bisnis saya sudah jalan lho.
Nah mainnya gampang banget. Dua biji kelatak akan dilaga, dengan cara menumpuk kedua kelatak tersebut. Kemudian dari arah atas, kelatak di pukul dengan keras. Mukulnya pake genggaman tangan doing kok, ga pakai alat bantu apa-apa. Kelatak yang bertahan dan tidak pecah itulah pemenangnya. Sedangkan yang pecah kalah
.
Kalau sudah berkali-kali menang, kelatak tersebut bisa jadi mahal harganya. Ibarat sabung ayam, dia udah jadi jagoannya lah. Makanya ada juga yang koleksi biji kelatak. Yang dikoleksi tentu saja biji-biji kelatak yang bagus warnanya dan juga kuat.
Penting ngga sih permainannya??? I don’t know. Tapi seneng aja ngeliat orang laga kelatak, seru.
11. Kucing dan Tikus

Sekelompok anak membentuk lingkaran. Pertama si tikus berada di dalam lingkaran, sedangkan si kucing di luar. Tugasnya anak yang membentuk lingkaran adalah melindungi si tikus agar tidak dapat ditangkap kucing. Sementara si Kucing harus berusaha keras untuk emnagkap tikus. Jadi saat si tikus berada di dalam lingkaran, kucing akan berusaha menerobos masuk. Anak-anak di lingkaran akan berusaha menghalanginya dengan merapatkan lingkaran. Namun karena si kucing cerdik, suatu saat dia bisa masuk ke lingkaran. Saat itulah si tikus harus keluar dari lingkaran. Kalau tikus lagi ada di luar lingkaran, kucing harus dikurung di dalam. Namun ada kalanya karena kegesitan kucing, mereka bisa sama-sama berada di luar. Kejar-kejaran pun tak terelakkan.
Permainan berakhir saat si tikus tertangkap oleh kucing.
Gila, ni permainan, bikin ngos-ngosan dan bikin suara hilang. Karena kita pasti teriak-teriak ‘
“Awas kus, cepet lari, aaaaaa”
“ Masuk sini masuk cepetaaan “
12. Bongkar Pasang
Kalau anak sekarang punya Barbie, maka jamannya saya kecil ada yang namanya bongkar pasang. Dinamai seperti itu, karena memang bisa dipasang dan dibongkar berulang kali. Mainan ini hanyalah sebuah gambar menyerupai manusia. Dilengkapi dengan peralatannya, seperti baju, celana, topi, tas, kursi.
Pertama gambar-gambar tersebut digunting menurut polanya.Di masing-masing baju ada lebihan kertas untuk mengaitkan baju tersebut ke gambar orangnya. Suka-suka deh, terserah kita mau mix and match gaya berdandan si boneka gambar.
Bongkar pasang ini dulu saya koleksi lho. Semakin bagus bajunya semakin bangga memiliknya. Imajinasi anak terasah disini, karena saat bermain dengan temannya, mereka biasanya melakukan percakapan.
“ Hai Nia, kamu lagi ngapain”
“ Aku lagi nonton tivi nih’
“ Temenin aku ke pasar yuk”
Kemudian si Nia dan temennya akan berjalan bersama-sama ke pasar.
Mungkin karena kebanyakan masin bongkar pasang, makanya saya jadi suka ngomong sendri sama cermin sekarang.
13. Gambar Wayang
Namanya aja gambar wayang, padahal gambarnya gambar Power Rangers, Gaban, Ksatria Baja Hitam. Terdiri dari kartu-kartu bergambar. Saya suka sekali koleksi gambar wayang ini. Kalau seri Power Ranger saya mau yang ada gambar Kimberly nya. Kalau Ksatria Baja Hitam tentu saja saya mau yang ada Kitaro Minami, “ Berubah”.
Cara mainnya, masing-masing anak memegang gambar wayang di tangannya, trus kedua tangan diadu “ Cass”. Yang gambarnya jatuh dalam keadaan terlentang dia yang menang.
Cara mainnya, masing-masing anak memegang gambar wayang di tangannya, trus kedua tangan diadu “ Cass”. Yang gambarnya jatuh dalam keadaan terlentang dia yang menang.
Hmm sepertinya sih begitu cara mainnya. Ada satu lagi cara main yang lain, tapi saya lupa, mohon maaf ya. Soalnya ini mainan anak laki-laki, jadi saya jarang memainkannya.
14. Alip Buah
Ini bukan main buah-buahan. Permainan ini satu-satunya permainan yang mana pemainnya akan kelihatan pintar atau tidak. Dua orang anak akan berjongkok berhadap-hadapan sambil memegang sebilah kayu. Terserah mereka seberapa tinggi posisi kayu yang dipegangnya. Anak-anak lain harus melewati kayu tersebut tanpa boleh tersenggol. Sambil melewatinya si anak harus menyebutkan satu pertanyaan. Kemudian anak berikutnya harus menjawab pertanyaan yang diberikan. Yang kalah adalah anak yang tidak bisa member jawaban pertanyaan tersebut.
Misalnya gini, anak pertama bertanya; ‘ Sebutkan nama buah”
Maka anak kedua dan seterusnya harus menjawab sambil melompati kayu tadi. Misalnya ‘ Jeruk”. Jawaban tidak boleh diulang dua kali, Jika ada anak yang menjawab padahal sudah ada anak lain yang menyebutkan nama tersebut, maka si anak harus berganti pemain dengan pemegang kayu.
Serunya permainan ini, karena ada aturan tidak boleh mengenai kayu dan tidak boleh meyenggol anak lain. Jadi biasanya, si anak pertama akan langsung mengambil posisi tepat di depan palang kayu dengan tujuan tidak ada anak lain yang bisa masuk, Curang yah.
Pertanyaan yang diajukan juga terserah siapa yang duluan, jadi cepet-cepetan. Mulai dari sebutkan nama menteri, sebutkan nama negara, sampai kalau ada yang iseng pertanyaannya jadi begini , “ Sebutkan nama pacarnya”, atau bisa juga “ Sebutkan nama bapaknya”
Dengan bermain alip buah ini, otomatis saya dulu belajar banyak hal. Sebelum main saya buka-buka RPUL ( Rangkuman Pelajaran Umum Lengkap) dulu, agar saya punya pertanyaan yang sulit yang gak mungkin bisa dijawab temen-temen.
***
Nah itulah beberapa permainan yang dulu sering saya mainkan saat kecil. Masing-masing permainan memiliki kekhasan tersendiri. Mungkin di beberapa daerah namanya bisa berbeda dengan aturan main yang berbeda pula. Disitulah enaknya, aturannya bisa dibuat suka-suka.
Dengan begitu banyaknya permainan yang sungguh seru tersebut, masa liburan sekolah terasa sebentar sekali. Setiap hari, permainan selalu berganti-ganti tergantung kesepakatan bersama. Jadi ngga ada yang namanya egois, mau menang sendiri. Lah peserta nya harus rame gitu, jadi semua harus sepakat untuk memilih permainan yang mau dilakukan.
Tapi yang pasti ada satu persamaan dari semua permaian tersebut. Sama-sama tidak butuh uang untuk memainkannya. Cukup halaman rumah dan pemain yang banyak.
Banyak hal yang bisa dipelajari dari permainan-permainan itu. Kita belajar kerja sama, kebersamaan, setia kawan, strategi, berfikir cepat.
Walaupun kelihatannya sederhana sebenarnya banyak filosofi yang bisa diambil. Contohnya saja permainan engklek, dibutuhkan strategi dan berfikir cepat untuk menentukan langkah berikutnya. Demikain juga kuda tungging, walaupun kelihatannya hanya naikin badan kawan, namun harus ada cara yang jitu agar seluruh pemain bisa berada di atas kuda.
Permainan tersebut juga melatih cara berfikir dan logika. Bisa juga membuat anak-anak menjadi kreatif dengan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya menjadi mainan, seperti patok lele dan laga kelatak diatas.
Secara psikologis juga membuat anak-anak menjadi terbuka dengan lingkungannya. Tidak menjadi anak yang introvert. Anak juga lebih bisa menyalurkan emosi-emosi yang ada di dalam dirinya. Karena saat bermain biasanya kita berteriak, tertawa melihat tingkah teman yang konyol.
Dari segi fisik, juga membuat kemampuan motorik anak berkembang lebih baik. Sebagian besar permainan, harus berlari, melompat dan bergerak kesana kemari.

Padahal saya dulu bisa berenang sepuasnya di sungai belakang rumah. Walau setelahnya saya dikurung sama ibu saya di kamar, karena dianggap telah membahayakan nyawa adik-adik saya.
Ya gimana nggak, soalnya waktu saya mandi di sungai saya ngajak adik saya mandi juga, padahal saat itu baru selesai hujan deras, dan sungai dalam keadaan meluap. Sebenarnya bukan itu yang membuat ibu saya murka, tetapi karena tak jauh dari rumah saya ada penangkaran buaya yang jebol, sehingga ada buaya yang turut hanyut ke sungai.
O Em Jii, kalau inget sekarang saya takut banget. Tapi sudahlah, pokoknya saya merasa menjadi anak paling Indonesia deh bahkan hanya dengan bernostalgia terhadap mainan jaman kecil dulu.
Yuk, kita lestarikan khasanah budaya kita. Anak-anak kita berhak tahu sejarah permainan tempo dulu, kan kita juga yang membuat mereka ga bisa main di lapangan, lah semua lahan sudah dibabat habis.
Ceritakan semua permainan ini pada mereka, kalau perlu ajak main sekalian mengenang masa-masa kecil kita. Are You With me Friends?? Lets rock our world.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar