Selasa, 30 Desember 2014

Pray For Air Asia

“ Pesawat Air Asia Surabaya-Singapur hilang katanya”

Seorang ibu di bis menuju terminal kedatangan memberitahu. Baru beberapa saat saya, suami, Tara dan wawaknya mendarat dengan Air Asia di Kuala Namu, penerbangan Jogja-Medan pada Minggu tanggal 28 Desember 2014 lalu.

Seketika itu juga saya langsung membuka smart phone di tangan. Postingan #prayforAirAsia memenuhi timeline. Duh, lemas seketika kaki saya. Terselip rasa syukur di hati, saya dan keluarga selamat sampai tujuan. Dan bersyukur juga, saya mendengar kabar buruk itu setelah mendarat. Bisa dibayangkan kalau saya tahu sebelum terbang, bisa-bisa sepanjang perjalanan bakal ketakutan terjadi hal yang serupa.


Terbang dengan maskapai yang sama dan di hari yang sama dengan pesawat yang hilang itu, sungguh seperti sebuah sentilan halus dari Sang Pencipta. Betapa dekatnya maut mengintai kita.



Setelah 3 hari pencairan, akhirnya siang tadi puing dan penumpang pesawat ditemukan di perairan Pangkalan Bun. Melihat jasad korban yang terapung membuat bayangan buruk langsung menyerbu pikiran saya. Teringat, kemarin saat terbang bersama Tara, saya tidak memakaiakan sabuk pengaman ke Tara, sepanjang perjalanan Tara hanya saya pangku saja. Sebelum take off pramugari memang memberi pilihan, apakah saya mau memangku anak saya saja atau mau menggunakan safety belt tambahan untuk bayi. Kalau dipikir sekarang, duuuh sungguh saya takut setengah mati. Dan menyesali kenapa harus diberi pilihan oleh mba pramugari, harusnya setiap penumpang yang membawa bayi, diwajibkan memakai safety belt tambahan untuk bayinya.

Bukan mau berandai-andai, tetapi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, minimal si anak akan tetap menempel di tubuh orangtuanya, tidak terlepas. Ya Allah, sungguh saya takut sekali sekaligus menyesali keteledoran saya, Syukurnya tidak terjadi apa-apa pada kami sekeluarga.

Kalau saya ingat-ingat kembali, saya pernah berada begitu dekat dengan peristiwa kecelakaan pesawat lainya. Jatuhnya Mandala Air di Padang Bulan Medan. Pada saat itu, saya sedang menikmati semangkuk mie ayam di USU saat sebuah ledakan terjadi. Asap hitam membumbung tinggi. Saat itu, informasi tidak secepat sekarang, tidak ada orang yang update status tentang apa yang terjadi. Suara raungan mobil pemadam kebakaran langsung terdengar. Saya pikir hanya kebakaran biasa, tak lama berselang hujan turun dengan derasnya, membuat lalu lintas semakin crowded. Saya yang tidak tahu apa yang terjadi langsung pulang ke kos. Begitu sampai langsung melihat berita di Tivi. Begitu terkejutnya saya saat mengetahui bahwa ada pesawat jatuh di Jalan Jamin Ginting Medan. Tanpa membuang waktu, saya langsung kembali ke Tempat kejadian yang sayangnya sudah diblokir para petugas, namun saya masih sempat melihat jenazah di evakuasi ke sebuah truk, hitam sekali. Aduuh sungguh mengerikan pemandangan yang saya lihat. Korban berjatuhan tak berbilang banyaknya, tak hanya penumpang bahkan orang yang sedang melakukan kegiatan sehari-hari seperti supir angkot, pejalan kaki, penghuni kos pun turut menjadi korban.



Maka setiap mendengar berita kecelakaan pesawat dada ini langsung berdesir ngeri, terbayang suasana Padang Bulan pada saat itu, luluh lantak dengan puing-puing berserakan.

Banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa-peristiwa naas itu. Menyaksikan satu keluarga yang selamat dari maut “ hanya” karena tidak membaca sms pemberitahuan jadwal yang dimajukan, kembali menyentak bahwa maut memang sudah ditentukan kapan datangnya. Tak bisa dipercepat dan tak bisa diperlambat. Tidak pernah salah alamat dan tak pernah salah orang.

Penumpang yang marah dan kesal karena gagal berangkat pun akhirnya mengucap syukur tanpa henti. Bukti nyata bahwa segala yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, dan yang buruk menurut pandangan mata manusia ternyata adalah yang terbaik yang telah diaturNya.

Musibah bertubi bagi Indonesia di akhir tahun ini pun kembali menjadi rem bagi kita untuk tidak larut dalam suka cita pergantian tahun, karena nyawa yang cuma selembar ini bisa diambil kapan saja, dimana saja dan dalam keadaan apa saja.


Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya untuk para korban Air Asia, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran, dan kita yang hanya menjadi penonton dapat mengambil pelajaran dan lebih mensyukuri hidup ini.


Jumat, 05 Desember 2014

Keraslah terhadap Hidup Nak



Tara… usiamu sudah satu tahun setengah sekarang. Baru kusadari, ternyata sudah begitu lama aku tak bercengkerama denganmu melalui tulisan, melalui blog ini. Tadi pagi, saat aku meninggalkan rumah, kau masih terlelap dengan tenangnya. Nafasmu naik turun dengan teratur. Pelan sekali kucium pipi tembammu, takut membangunkanmu, karena jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Ya setiap Jum’at aku memang berangkat satu jam lebih cepat, karena mau mengikuti senam pagi di kantor. Aku sangat suka acara senam pagi itu, karena kalau tidak rame-rame di kantor nyaris tak pernah aku berolah raga.


Sepanjang perjalanan, di tengah heningnya pagi, jalanan yang masih sepi, aku banyak merenung. Tentang carut marut bangsa ini. Kebutuhan hidup yang semakin menggila, kejahatan social yang semakin marak, semuanya nak, seolah menyerbu pikiranku. Bukan, aku tak mengkhawatirkan diriku, tapi yang kucemaskan adalah bagaimana nanti kehidupan di saat kau beranjak dewasa. Apa kau bisa bertahan dengan nilai-nilai baik seperti yang kuharapkan.

Pagi ini, aku membaca berita, tentang kasus korupsi yang santer terdengar beberapa tahun lalu, yang melibatkan wakil presiden terdahulu. Berita yang kubaca sangat membingungkan nak, satu media memberitakan ia menjadi tersangka, yang lain membantahnya. Kau tahu nak, kasus korupsi yang melibatkan dana talangan di sebuah bank swasta yang dulu sempat membuat para nasabahnya menjerit histeris karena kehilangan tabungan mereka, menghabiskan waktu bertahun-tahun, bahkan hanya untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka.

Beberapa tahun belakangan ini, aku banyak mendengar kasus korupsi yang melibatkan orang-orang ternama negeri ini. Dari mentri, anggota DPR, deputi Gubernur. Ngeri nak, ngeri sekali, seolah korupsi menjadi kegiatan harian mereka.

Nak, dulu aku selalu sinis terhadap mereka itu, betapa pendeknya pikiran mereka sehingga mau memakan uang yang bukan haknya. Tapi nak, ternyata di pekerjaanku pun betapa mudahnya sebuah korupsi terjadi.  Ingat-ingatlah nak, saat kuceritakan tentang pekerjaanku, betapa kerasnya aku menjaga diri agar setiap rupiah yang kubawa pulang untkmu selalu bebas dari yang bukan hakku.

Kejadiannya sekitar dua tahun yang lalu, saat aku masih menjadi seorang Account officer, seseorang yang bertugas menyalurkan kredit kepada para nasabah nak. Saat itu, aku sedang mengerjakan paket permohonan kredit calon debitur sebesar Rp 6 Milyar.

Tiba-tiba sebuah amplop disodorkan begitu saja di meja saat aku sedang sibuk mengerjakan spreadsheet untuk menganalisa pengajuan kredit tersebut.

Eh apa-apaan ini, pikirku.

“ Ini untuk ibu, makasi udah dibantu bu” kata seorang pria separuh baya di hadapanku.

Beberapa waktu yang lalu si bapak memang mengajukan kredit sebesar Rp 2 M ke bank tempat saku bekerja dan ibumu inilah  yang mengerjakan paket kreditnya.

“ Wah maaf pak, saya tidak bisa menerimanya” kataku halus sambil menyerahkan kembali amplop tersebut

“ Ga apa-apa bu, upah capek ibu”

“ Jangan khawatir pak, saya sudah dapat upah capek tiap bulan dari perusahaan “ jawabku sambil tersenyum

“ Kalau gitu buat gantiin bensin ibu deh” Si bapak tetap keukeuh
“ Saya pakai mobil perusahaan pak, jadi minyaknya ditanggung “ Sambil kembali menyodorkan itu amplop
“ Ya sudah deh bu, ini sebagai ucapan terima kasih saya”  jawabnya belum mau menyerah

“ Kalau bapak mau berterima kasih pada saya, cukup bapak bayar angsuran tepat waktu saja setiap bulan dan jangan nunggak ya pak” Jawabku tegas

Akhirnya setelah sodor-menyodor amplop beberapa kali, amplop putih itu pun berpindah tempat dari atas mejaku kembali ke kantong si pemberi.

Kau tahu nak, susah sekali menolak pemberian yang begitu menggiurkan. Aku tidak munafik, amplop itu begitu menggoda, namun aku tahu itu bukan hakku. Saat itu kau masih berada di kandunganku, aku bertekad sebisa mungkin sejak kau ada di dunia ini, aku ingin mengajarkan hal-hal baik padamu. Bukankah memang seperti itu tugas seorang ibu?.

Kejadian tersebut tidak sekali dua kali aku alami, hampir di tiap realisasi kredit aku mengalaminya. Sebagai seorang Account Officer, indikasi suap dari calon debitur memang kerap terjadi. Walaupun kebanyakan mereka memberi setelah kredit mendapat putusan yang artinya konflik kepentingan sudah berlalu tetapi tetap saja yang namanya pemberian-pemberian seperti itu bisa digolongkan kepada gratifikasi . Hal yang sangat dilarang di tempatku bekerja dan sungguh sangat kuhindari.

Kau jangan kagum dulu padaku nak, akan kuceritakan bagaimana kasus serupa pernah juga terjadi pada ayahmu.

Saat itu, ayahmu masih dinas di kebun sawit nak. Ia mengerjakan proyek pembangunan rumah dan jalan. Kau tahu nak, untuk proyek-proyek seperti itu banyak sekali godaan untuk menerima amplop-amplop tebal dari para kontraktor. Tapi aku tahu tak sekalipun ayahmu menerimanya.

Tak kehabisan akal, mereka mencoba segala cara untuk bisa memberikan sesuatu kepada ayahmu. Terkadang amplop berisi uang itu diselipkan di bawah pintu rumah kita, kutemukan pada pagi hari saat mau membuka pintu.  Pernah juga, kami tidak tahu kapan dan bagaimana, berkrat-krat minuman kaleng, berkardus syrup dan parcel telah bertumpuk di garasi. Bayangkan nak, betapa susah melepaskan diri dari suap dan gratifikasi yang merupakan cikal bakal dari tindakan korupsi.

Akhirnya minuman kaleng dan parcel tersebut kami bagi-bagikan ke tetangga yang kurang mampu. Mau bagaimana lagi, kami tidak tahu siapa pengirimnya.

Nak di jaman ini, kau mungkin tidak tahu bahwa sudah menjadi hal lazim di semua instansi, mau berurusan dengan apapun harus ada uang tunai.

Pernah suatu saat aku mengurus surat keterangan harga tanah di kelurahan setempat. Padahal surat itu hanya berisikan keterangan harga limit atas dan bawah tanah berdasarkan data penjualan tanah terakhir yang pernah ada di daerah tersebut. Yang membuat suratnya juga ibumu ini, yang mengetik juga,  hanya saja aku butuh tanda tangan dari si lurah plus stempel untuk mengesahkannya. Sampai satu jam aku menunggu, surat itu tidak ditanda tangani juga. Alasannya banyak kerjaan lah, ada tamu lah. Akhirnya karena aku keburu waktu dan masih banyak pekerjaan lain, kusodorkan saja selembar uang biru, dan tidak sampai lima menit kemudian surat tersebut sudah terlipat rapi dan diserahkan kepadaku. Aaah nak, saat itu aku merasa berdosa padamu.

Dari situ aku sadar nak, bahwa budaya korupsi itu bukan salah si koruptor saja, tapi juga dibantu oleh masyarakat seperti aku ini yang apa-apa maunya enak, tidak ikut prosedur dan terlalu lemah untuk sekedar menunggu.

Padahal dalam riwayat Imam At-Turmudzi, Rasulullah saw bersabda, “Allah melaknat orang yang menyuap dan menerima suap” (HR. Tirmidzi). Imam Ahmad dan Hakim juga meriwayatkan hadits: “Rasulullah saw melaknat orang yang menyuap, yang menerima suap, dan yang menjadi perantara.”

Hii ngeri sekali nak, bagaimana kebiasaan jelek tersebut yang kelihatan biasa ternyata bisa membuat sang pencipta murka. Mulai hari itu nak, aku tidak pernah kembali ke kelurahan itu,

Karena itu nak, ingat-ingatlah selalu, saat kau besar nanti jika kau harus berurusan dengan aparat, dengan sebuah instansi, dengan sebuah kantor atau apapun, dimana mereka menyebabkan kau menunggu, bersabarlah nak, tak perlu kau ambil jalan pintas untuk memudahkanmu.

Korupsi yang kebanyakan orang berfikir bahwa itu hanya bisa terjadi dalam satuan jumlah uang bermilyar rupiah ternyata juga rentan terjadi untuk jumlah ecek-ecek yang mungkin hanya senilai sepiring martabak.

Tak apalah kau sedikit susah dalam menjalani hidup ini, berusaha keras untuk mewujudkan mimpimu, tapi jangan sekali-kali terbersit niat di hatimu untuk memberikan uang-uang pelicin kepada siapapun. Karena tanpa kita sadari, kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita anggap biasa itulah yang menyebabkan suap, gratifikasi dan korupsi dianggap maklum, karena kita pun memakluminya. Karena sejatinya nak, hal-hal baik yang kita harapkan terjadi pada negeri ini haruslah kita mulai dari diri kita sendiri.

Keraslah terhadap hidupmu nak, agar kehidupan lunak kepadamu.





Selasa, 18 November 2014

Tak Bisa ke Lain Hati


Kalau rezeki memang nggak kemana. Jum’at kemarin sebuah surat nemplok di meja kerja saya. SPJ ( Surat Perjalanan Dinas) ke Medan, cihuuuy., bisa ketemu suami lagi, ah senangnya. Memang, sudah dua tahun ini saya tinggal berpisah dengan suami. Saya di Jakarta, suami di Medan.Tanpa membuang waktu saya segera searching tiket via internet. And, wow harga tiket gila-gilaan, maklum hari Jum'at. Saya yang biasanya naik maskapai merah urung melihat nominal yang tertera. Segera saya buka website penerbangan yang lain. Dan akhirnya saya pilih naik Garuda Indonesia. Soalnya harganya lebih murah dari yang lain, Asiiik bisa naik Garuda, dapet tiket pesawat murah pula.

Selama ini saya memang selalu menggunakan maskapai merah, karena disamping jam terbangnya yang ada setiap waktu juga biasanya harganya paling terjangkau. Namun karena ini dadakan, apa aja yang penting pulang.

Begitu lampu kantor diredupkan jam setengah lima tanda jam kerja berakhir saya langsung melesat mencari taksi menuju bandara. Sampai di terminal 2F, saya pun check-in menuju counter yang tersedia. Wah, terus terang saja, saya baru dua kali ini naik Garuda, pertama kali karena sebuah accident saat Honeymoon dan kedua ya kali ini. Melihat tempat check-in nya saya sedikit takjub, tidak seperti di terminal 1A,B atau C yang biasanya antrian panjang mengular, disini antriannya rapi banget. Semua penumpang berdiri di garis batas yang ditentukan, dan satu persatu maju ke meja check-in setelah dipersilahkan petugas. Persis seperti antrian di Bank. Ngga ada tuh penumpang yang berjubel dan berdesakan.
Antrian di Counter Garuda
Gambar dari sini

Antrian di Counter Lain
Gambar dari sini

Saat saya sampai di depan petugas check-in saya pun segera memperlihatkan kode booking saya. Berhubung saya dalam tujuan dinas, maka saya membawa bagasi berupa sebuah koper yang tidak terlalu besar, biasanya saya cuma nge-ransel aja kalau pulang. Saat koper di timbang si petugas berkata kepada saya,

Si Mas :  “ Maaf ibu, kopernya silahkan diikat dulu dengan tali disana” katanya sambil menunjuk ke arah belakang saya.

Disana terlihat petugas packing koper yang selalu ada di setiap bandara. Dalam hati saya bergumam, ah males, cuma ngiket pake tali gitu doang bayar sepuluh ribu ( pengalaman di terminal A dan B )

Saya pun menjawab “ Emang harus ya mas”.
Si Mas: “ Harus ibu”
Saya : “ Emang ada aturannya?”
Si Mas : “ Ada ibu, aturan maskapai memang seperti itu, demi keamanan koper ibu”
Saya : “ Tapi koper saya udah dikunci kok, udah aman” saya masih ngotot
Si Mas : “ Tetap harus diikat ibu “ jawab si mas sopan.
Saya : “ Ya baiklah kalo memang harus”, dalam hati saya masih gak rela.

Sebelum saya berbalik, si mas berkata sambil tersenyum manis, “ Itu gratis ibu, gak bayar”

Saya melongo, duh maluuu banget, ketauan deh kalau ini first time saya terbang dengan Garuda, ih tengsin, apalagi di koper saya masih tersemat kertas bagasi dari maskapai lain.

Saya terkesan sekali dengan aturan pengikatan koper yang diberlakukan pihak Garuda ini. Soalnya banyak kejadian di bandara dimana koper kita bisa dibuka dan barang di dalamnya diambil. Dengan diikat begitu, risiko koper dibuka orang tak bertanggung jawab sangat kecil terjadi. Berasa aman deh dengan pelayanan ini. Apalagi petugas di counter Check-in juga sopan banget, ngga jadi marah deh karena malu, xixixi.

Eskalator datar menuju Boarding Room,
Bikin santai dan ngga capek jalan
Dan selanjutnya,saya segera menuju ke ruang tunggu. Wah sepanjang jalan menuju ke boarding room, saya benar-benar melihat perbedaan sangat mencolok antara terminal yang biasa saya jambangi ( terminal 1) dengan terminal Garuda. Sangat rapi, eksklusif dan nyaman. Tidak tampak orang selonjoran disana-sini seperti yang biasa saya lihat. Kursi di ruang tunggu juga lebih empuk ( saya mulai lebay).Kapasitas setiap ruang tunggu pun tidak terlalu ramai, mungkin karena jadwal penerbangan yang selalu tepat waktu sehingga tidak sempat terjadi penumpukan penumpang. Bahkan sebelum terbang pun, saya sudah merasakan pengelaman yang menyenangkan. Berasa istimewa gitu sebagai penumpang

Saya sempat bergumam dalam hati, “ Disuruh bayar tiket lebih mahal pun, worthed lah dengan fasilitas yang didapat, apalagi ini dapat tiket pesawat murah, beruntungnya diriku”. 

Begitu memasuki kabin pesawat, lagi-lagi saya langsung melihat perbedaan  dengan penerbangan yang biasa saya pakai. Ukuran kursi lebih besar dan lebih nyaman. Dengan warna jok kursi dan warna interior yang menyejukkan mata dan berbau tradisional membuat kita berasa dinegeri sendiri ( loh emang di negeri siapa? ), apalagi begitu masuk ke kabin langsung terdengar lagu-lagu daerah seperi angin mamiri, yamko rambe yamko yang diaransemen ulan ala orkestra. Berasa duduk-duduk di rumah deh. Apalagi di depan masing-masing kursi terdapat sebuah layar mini dengan berbagai pilihan hiburan, film, musik, komedi,sampai info tempat wisata dilengkapi dengan headset, komplit deh tinggal merem melek aja nikmati segala hiburannya.


Bawa bareng segambreng, si papah tetap nyantai
Oya FYI aja, colokan headset nya ada di lengan kursi. Soalnya awal-awal saya bingung nyarinya, hahaha. 

Kabin Pesawat 
Karena sudah ada semacam televisi gitu di depan masing-masing penumpang, maka tidak ada lagi pramugari yang melakukan demo safety seperti di penerbangan lain. Demo ditayangkan di masing-masing layar. Saat pertama dengar alunan musiknya saya sedikit terkesima,soalnya nada musiknya itu ngga biasa, seperti perpaduan musik tradisional dan modern. Dipadu dengan suara lembut yang mengalun, membuat tayangan demo safety jadi ngga membosankan. Syukurlah, bukan apa-apa, soalnya saya suka sebal dengan pramugari yang melakukan demo keselamatan, entah ge-er entah apa, selalu terlihat tidak focus saat melakukan demo. Matanya kesana kemari, tidak berani kontak mata dengan penumpang, dan terkesan yang penting selesai, makanya sebelum instruksi keselamatan selesai dibacakan, si pramugari sudah buru-buru balik kanan. Kalau pramugari Garuda sih, mature banget deh, anggun dan sangat sopan. Apalagi, seragam yang digunakan juga eye catching banget. Model kebaya anggun dipadu dengan batik yang menjadi ciri khas Indonesia. Warna-warna yang dipilih juga bikin segar mata. Hijau tosca yang bernuansa tropis dan menyegarkan, jingga yang memiliki kesan hangat, ramah serta penuh energi; serta biru yang memancarkan kesan andal, terpercaya, abadi dan menenangkan. Ngga heran membuat mbak-mbaknya cantik alami, dan bersahaja. 

Setelah demo selesai ditayangkan, saya pun sibuk pilah-pilih acara, tukar chanel sana sini,excited banget.Akhirnya saya putuskan nonton film, kebetulan ada film Korea disitu, bercerita  tentang cowok cewek yang sama-sama divonis tumor dan selalu kebetulan bertemu di ruang praktek dokter, di restoran, sampai sama-sama membatalkan uang muka yang telah mereka setor untuk memesan gedung pernikahan.

Lagi terhanyut dengan si film Korea, tiba-tiba terdengar suara nan lembut menawarkan makanan dan minuman kepada saya dan penumpang lain. Woooww, kebetulan banget. Nonton sambil makan itu adalah suatu kombinasi yang harmonis. Menu yang ditawarkan juga oke banget,boleh pilih antara nasi rendang atau nasi ayam,  masakan Indonesia, selera gue banget. Saya pilih nasi rendang, hmm yummy, apalagi di nampan makanan itu sepaketnya udah berisi buah-buahan plus puding pencuci mulut, aaah nikmatnya. Selain makanan, si mba pramugari juga menawarkan aneka minuman. Tinggal pilih, mau dingin atau panas, mau tawar atau berasa. Begitu si mba nyebut jus martabe ( markisa terung belanda ) , saya pun segera mengangguk semangat, ahahaha doyan apa laper mba.

Sambil makan, langsung mikir, dengan harga tiket segitu, dapet hiburan gratis, makan minum gratis pula, iiih kenapa dari dulu ngga naik Garuda yah.

Selesai makan, langsung konsen lagi ke film Korea. Sayangnya belum sampai cerita habis, pesawat sudah harus mendarat. Wah penasaran lanjutannya. Dan baru nyadar, dua jam perjalanan yang selama ini buat saya terasa nge-betein banget, ini kok rasanya kurang lama, malah pengen ditambah waktunya,kalau perlu pesawatnya muter-muter dulu di atas biar filmnya kelar dulu, hahahaha penumpang alay.

Eu de toilet beraroma therapy,
seger banget
Sebelum mendarat, saya sempatkan dulu ke toilet, soalnya udah kebelet pipis dari tadi. Begitu membuka pintu kamar mandi, wuuuuuss aroma segar langsung menerpa hidung saya. Entah, saya sulit menjelaskan aromanya. Pokoknya segar dan enak banget. Begitu menciumnya , langsung terasa rileks, segar dan berefek menenangkan, seperti aroma theraphy tapi segar banget. Yup, di toilet tersedia lotion dan eu de toilet untuk menyegarkan diri penumpang setelah buang air atau sebelum mendarat, biar tetap harum dan ngga kucel. Pssst, karena sangat suka dengan aromanya yang khas, unik dan eksklusif, saya sempat minta ke mba pramugari eu de toilet tersebut, dan dikasih lho, horeeeee baik banget deh pramugarinya. Padahal saya tahu itu untuk dipakai bareng-bareng. Tapi karena isinya juga udah tinggal separoh, makanya iseng minta, seneng banget deh .

Akhirnya, suka ngga suka, ikhlas ngga ikhlas, saya harus turun dari pesawat. Terlihat mba-mba pramugari dan mas pramugara berbaris rapi menuju pintu keluar. Senyum merekah di wajah mereka, seraya mengatupkan kedua tangan di depan dada, khas salam hormat ala Indonesia, saya pun melangkah dengan berat menuju pintu keluar. 

Saat ke Jogja bersama Tara


Bawa bayi pun ngga ada masalah,
Tara anteng mainan popok yang dikasi mba Pramugari
Untuk bayi juga disediakan makanan khusus lho.

Saat nunggu Transit, ditemani bebek karet dari Garuda,
sambil ngopi-ngopi di Lounge

*****
Excellent Services Of Garuda Indonesia

Pengalaman saya melakukan perjalanan bersama Garuda begitu membekas di hati, karena saya merasakan excellent Services Of Garuda Indonesia. Iya, pengalaman dilayani yang diluar ekspektasi. Sebagai Maskapai terbaik di Indonesia, Garuda Indonesia memang membawa misi penting sebagai pintu pertama bagi para pendatang untuk menikmati keindahan Indonesia. Keramahtamahan Indonesia diaplikasikan dalam ikon yang memanjakan 5 panca indera.

Seperti yang saya rasakan selama perjalanan Jakarta-Medan. Mulai dari pelayanan saat check-in yang sopan dan teratur. Begitu naik pesawat, indera penglihatan langsung dimanjakan dengan warna-warni seragam pramugari yang memiliki keanggunan khas Indonesia. Senyum dan salam yang tulus. Interior pesawat yang didominasi warna natural dan warna alam Indonesia, mau tak mau membuat otomatis kita ikut merasakan indahnya Indonesia  ( Sight ).

Memasuki ruang kabin pesawat, Indera penciuman langsung diserbu aroma khas rempah-rempah dan kesegaran alam Indonesia , pendingin udara dengan temperatur yang pas, menghadirkan perasaan relaks dan nyaman ( Scent).

Begitu duduk di kursi yang nyaman dan empuk, aneka hiburan siap menemani selama perjalanan. Alunan musik tradisional yang diaransement ulang membuai indera pendengaran ( Sound). Ditambah berbagai sajian hiburan lain, seperti film, musik, info wisata bakan games membuat perjalanan berjam-jam seperti sekedipan mata. 

Nasi Kuning Ala Garuda
gambar dari sini
Belum sampai menjejakkan kaki di tempat tujuan, Garuda Indonesia sudah memulai mengusik indera pengecap dengan menyajikan makanan dan minuman khas Indonesia ( Taste ). Nasi kuning, nasi rendang, mie goreng Indonesia, jus martabe, buah-buahan khas indonesia seperti nenas, pepaya, semangka, bagaikan menu pembuka sebelum wisata kuliner dilakukan. Aaah, nikmatnya.

Semua yang dirasakan panca indera tersebut, memberikan sentuhan ( Touch) dan pengalaman keramahan khas Indonesia.

****

Cerita itu terjadi dua tahun yang lalu. Dan seperti mengalami dejavu saat  kejadian serupa terulang kembali.

Minggu lalu, kembali saya mendapat SPJ  di atas meja kerja. Begitu dibuka, tertulis nama Sibolga. Cihuuuy. Sibolga-  negeri wisata sejuta pesona- , sekaligus kota sejuta kenangan untuk saya. Gimana ngga?, 17 tahun yang lalu saya mengijakkan kaki pertama kali di kota ini, dan menghabiskan 3 tahun yang sangat memorable di sebuah SMA bernama Matauli, aw.. aw... aw... rasanya seperti dapat doorprize deh bisa kembali kesana dalam perjalanan dinas, gratis, dibayarin kantor pula, wadoooow.

Tanpa membuang waktu saya segera searching tiket via internet. Sebenarnya perjalanan ke Sibolga bisa dilakukan melalui jalan darat, memakan waktu sekitar 8 sampai dengan 10 jam. Namun, karena saat ini, sudah ada rute penerbangan dari Medan ke Sibolga, tanpa ragu saya memutuskan menggunakan moda udara saja. Ada dua maskapai penerbangan yang melayani rute Medan-Sibolga. Garuda Indonesia salah satunya, tanpa ragu, segera saya buka webside Garuda Indonesia. Saat melihat harga yang tertera, Wooow girang banget, pengen jingkrak-jingkrak saat itu juga. Dengan Rp 308 ribu saja, udah bisa nyampe di Sibolga, Gilaaa...ini tiket murah banget ngga sih?. Langsung tekan tombol lanjut.... klik purchase, yes sebuah tiket sudah di tangan.




Begitu menginjakkan kaki di Sibolga, kenangan-kenangan manis 17 tahun silam seolah menyerbu di depan mata. Indahnya masa SMA, sekaligus indahnya pantai Sibolga perpaduan perjalanan napak tilas yang sempurna.

Landing dengan selamat sentosa di Sibolga. Nyaman pake Garuda :)
Aaah, terima kasih Garuda Indonesia, telah membawa saya ke kota sejuta kenangan, kota sejuta pesona dengan keindahan alam yang tak bisa diungkap dengan kata-kata, biarlah gambar bercerita.



Hepi Banget bisa kembali ke SMA penuh kenangan


Pelabuhan Sibolga


Sunset di Pantai Pandan Sibolga




Pulau Poncan Nan Menawan

Welcome To Poncan Island

Dermaga Poncan
Santai Sejenak


Waktu pertama tahu kalau Garuda Indonesia buka rute Medan-Sibolga saya surprised banget. Ngga nyangka aja maskapai sebesar Garuda mau ambil rute-rute perintis begitu, biasanya kan pesawat-pesawat kecil aja. Semakin kagum, karena ternyata Garuda Indonesia benar-benar ingin menjangkau ke seluruh nusantara. Kita-kita sebagai pelanggannya tentu saja hepi banget, ngga harus ketar-ketir naik pesawat kecil kalau mau ke daerah yang kurang terkespos namun ternyata menyimpan pesona yang tak kalah dengan daerah lain.

Selain rute Medan-Sibolga untuk pulau Sumatera, Garuda Indonesia juga melayani rute-rute pendek di pulau lain, seperti di Kalimantan contohnya, Balikpapan-Palangkaraya, Balikpapan - Pontianak, Palangkaraya -  Pontianak. Kemana-mana makin mudah dan makin nyaman.

Dulu waktu masih bertugas di Kantor Pusat  setiap ada kesempatan dinas luar saya pasti pilih Medan, sekalian ketemu suami. Iiih nyesel banget, padahal dulu punya kesempatan untuk jalan-jalan ke Kalimantan.  Menyaksikan sunset di Pantai Melawai, atau indahnya Pantai Manggar di Balikpapan,menikmati lezatnya kepiting Kenari di Balikpapan, duh langsung terbayang suasana pantai yang indah. Apalagi kalau kesononya pakai Garuda Balikpapan

Pantai-Pantai Cantik di Balikpapan
sumber ; www.portalbalikpapan.com

Kuliner Khas Balikpapan

Oya, FYI aja, selain menjelajah kota-kota dan tempat wisata di negeri sendiri, kita juga bisa menjelajah keindahan dunia dengan Garuda Indonesia. Apalagi Garuda Indonesia sudah mengembangkan sayapnya dengan bergabung di sky team.

Joins Sky team


Iya, Disamping service excellent yang akan kita rasakan, mulai Maret 2014 kemarin Garuda Indonesia sudah bergabung dalam sky team yaitu sebuah aliansi penerbangan global dengan koneksi 19 maskapai dunia lainnya. Jadi ngga heran ke depannya jaringan penerbangan Garuda Indonesia bakal lebih luas. Dengan join ke sky team ini juga Garuda Indonesia akan meningkatkan jaringan penerbangan maskapai-maskapai anggota sky team yang dilayani GI melalui bandara utama Jakarta,Denpasar,Makassar,Surabaya dan Balikpapan. Aduuuh kebayang deh ntar kemana2 semua rute bisa pakai Garuda.

Selain pulau Sumatera dan Kalimantan, Garuda Indonesia juga memiliki rute Labuan Bajo di Nusantara Tenggara dan Sorong. Ini berarti tujuan wisata selain Bali semakin terbuka. Garuda Indonesia juga akan membuat koneksi diving spot di Sulawesi dan Jayapura yang meliputi Manado, Sorong-Raja Ampat dan Wakatobi.  Jadiiii, promosi daerah-daerah wisata tesebut bakal semakin meningkat nih terutama terhadap masyarakat luar, Karena kayak orang Eropa gitu, pastinya kalau mau ke Indonesia naik Garuda Indonesia. Angkat topi deh buat maskapai satu ini.

Trus keuntungan khusus bagi pelanggan setianya apa dong?

Nah bagi para pemegang Garuda Frequent flyer, itu lho semacam kartu member Garuda Indonesia yang memiliki segudang keuntungan kayak point untuk terbang gratis,diskon makan,diskon belanja,fasilitas lounge- Jadi bisa ngumpulin poin mileage kalau terbang dengan maskapai sky team. Reward poin mileagenya juga bisa digunakan untuk penerbangan yang dilayani anggota sky team,duddududu #siul-siul.

****

Selalu ada pengalaman pertama di setiap hal. Karena kesan pertama yang begitu menggoda dan sulit dilupakan beberapa tahun silam, sejak saat itu Garuda Indonesia menjadi Maskapai penerbangan kesayangan saya. Ngga bisa berpindah ke lain hati, kemanapun selalu pilih Maskapai penerbangan Terbaik di Indonesia ini. Merasakan excellent services of Garuda Indonesia,  sama dengan menikmati pengalaman terbang dengan sensasi dan cita rasa Indonesia. 

Kalau masih hitung-hitungan juga soal harga tiket antara Garuda Indonesia dan Maskapai lain, nih saya kasih ilustrasi sederhananya :

Ambil contoh rute Medan- Jakarta untuk 1 minggu ke depan



Tiket Garuda Indonesia : Rp 906.100,-
Maskapai Lain                : Rp 708.700,-
Selisih                            : Rp 197.400,-

Bener ngga selisihnya segitu, mari kita bedah bersama :



Nah lho, ternyata dibanding selisih harga di maskapai lain itu, Garuda Indonesia memberi lebih banyak. Itu belum dihitung diskon-diskon ke hotel, tempat makan, dan toko tertentu. Ditambah lagi, nilai waktu dan kenyamanan yang ga bisa digantikan oleh uang. Sepanjang pengalaman saya, hampir tidak pernah Garuda Indonesia delay sampai berjam-jam, selalu tepat waktu. Kebayang dong kalau udah delay itu keselnya gimana.

Jadi.... masih ragu lagi nih.

Ayo kemasi kopermu, jelajahi keindahan dunia dengan cita rasa Indonesia bersama Garuda Indonesia.


Foto : Dokumen pribadi