Sabtu, 31 Agustus 2013

Laos, Penambah Cita Rasa ASEAN

LAOS

Jujur saja, saat mendengar kata Laos, hal yang pertama terlintas di benak saya adalah bumbu dapur berwarna merah muda,xixixi. Memang diantara teman-temannya seperti jahe,kunyit,kencur, laos termasuk umbi-umbian yang gampang saya ingat,soalnya bentuknya berbeda dibanding kroni-kroninya.


Berbeda dengan laos bumbu dapur yang unik, negara Laos malah susah sekali saya ingat. Tak ada satu pun hal yang saya tahu tentang negara ini kecuali ia adalah anggota negara ASEAN. Ya dibanding negara ASEAN lain, Laos memang termasuk negara yang belakangan bergabung.

Selain sebagai negara anggota ASEAN, yang saya ketahui tentang LAOS adalah saat negara ini dikalahkan oleh Singapura pada laga terakhir babak grup piala AFF 2012. Hahaha ini sayanya yang kuper atau memang negara ini yang memang kurang gaungnya ya.

Baiklah mari kita kulik-kulik si negara bumbu dapur ini, eh maksud saya si negara seribu gajah.


Kalau melihat dari peta, secara geografis Laos dihimpit oleh Vietnam,Thailand, Kamboja dan China. Kondisi tersebut membuat Laos menjadi satu-satunya negara di ASIA Tenggara yang tidak memiliki wilayah lautan.

Menurut yang saya bacai di Google, kota Viantiane merupakan tujuan wisata utama jika kita ingin berkunjung ke negara seribu gajah ini. Katanya sih ,saat kita menelusuri jalan-jalan di Kota Viantiane serasa berada di jalan Prawirotaman Malioboro Jogjakarta. DImana di sepanjang jalan tampak hotel-hotel kecil dan guest house untuk menampung para wisatawan. Wah ternyata memang antara negara ASEAN yang satu dan lainnya itu memiliki kemiripan-kemiripan yang entah disengaja atau tidak. Kamboja punya candi dengan relief yang mirip dengan candi Borobudur, Malaysia memiliki kemiripan bahasa,Vietnam punya kopi senikmat kopi Indonesia, dan Laos pun tak mau ketinggalan juga,ckckckck.

Berbeda dengan negara ASEAN tetangganya Vietnam yang pertumbuhan ekonominya melaju pesat, tidak demikian halnya dengan Laos. Pertumbuhan ekonomi terhambat disinyalir karena banyaknya penduduk yang berpendidikan tinggi pindah dan mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Hal tersebut karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan  yang memadai.

Bukan saja lapangan pekerjaan, infrastruktur di negara ini pun masih ketinggalan di banding negara-negara tetangganya. Jalur transportasi dan telekomunikasi belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya
Tentu saja hal ini tidak sejalan dengan isi deklarasi Bangkok yang menjadi kesepakatan di antara anggota negara ASEAN. Yang antara lain berisi bahwa pembentukan negara ASEAN bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan kerjasama dan saling membantu antar negara anggota untuk kepentingan bersama baik dalam bidang ekonomi,social,teknik ,ilmu pengetahuan dan administrasi.

Selain kondisi perekonomian dan sarana prasana yang berada di bawah negara anggota ASEAN lainnya, peran Republik Demokratik Laos di ASEAN bisa dikatakan belum banyak berkontribusi. Tenggelam di dalam bayang-bayang negara ASEAN lainnya yang semakin maju.

Menurut saya, untuk mensejajarkan diri dan turut berkontribusi maksimal sebagai negara anggota ASEAN , Laos perlu melakukan investasi diplomatic dan menjalin kemitraan dengan dunia internasional khususnya negara-negara ASEAN.

Sejalan dengan Asean Economic Community, bahwa ekonomi suatu negara salah satunya dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang ada. Seperti dijelaskan di atas, pada kenyataannya sumber daya manusia terbaik di Laos yaitu orang-orang dengan pendidikan tinggi lebih memilih berkarya dan mengadu nasib ke negara lain. Hal tersebut dikarenakan lapangan pekerjaan yang tidak memadai.

Untuk itu, Laos bisa memberi kontribusi ke negara-negara ASEAN khususnya dengan memberi kemudahan dan menawarkan peluang investasi ke negaranya. Dengan masuknya para investor dari negara-negara ASEAN ke Laos diharapkan laju pertumbuhan pembangunan akan meningkat yang akan diikuti dengan munculnya lapangan-lapangan pekerjaan dari perusahaan-perusahaan berskala internasional. Dengan begitu para penduduk berpendidikan tinggi bisa mendedikasikan diri ke negaranya sesuai dengan standar yang diharapkannya. Hal ini juga akan mendorong para generasi muda di Laos untuk optimis terhadap masa depan mereka.

Dengan dibukanya peluang investasi, secara tidak langsung akan mempengaruhi segala lini kehidupan. Tidak menutup kemungkinan sektor pariwisata pun akan terangkat. Dan sebelum sektor pariwisata Laos bisa diangkat untuk memperkuat ikon wisata di Asia, sudah saatnya pemerintah Laos sowan ke negara ASEAN Singapure untuk mencontoh sitem transportasinya. Transportasi yang baik, akan sangat mempengaruhi perkembangan pariwisata di suatu negara.



Banyak tempat wisata yang bisa diandalkan di Laos. Ga tanggung-tanggung, terdapat 1.493 situs pariwisata resmi. Dari jumlah tersebut 849 diantaranya adalah lokasi dengan keindahan alam,435 situs budaya dan 209 situs bersejarah.

Ke Laos belum lengkap tanpa berkunjung ke kota bersejarah, salah satu warisan situs dunia Unesco yaitu  Luang Prabang, Kota Vang Vieng,Tat Xuangzi dan ibukota Viantiane. Belum lagi candi Khmer yang termasuk dalam daftar peninggalan sejarah dunia. Dan tak lengkap rasanya tanpa menyebut candi Kuno di That Luang serta situs rausan batu megalitik di Plain of Jars.

Investasi hubungan diplomatic antara Laos dan negara-negara ASEAN dengan saling menempatakan duta besarnya di negara lain membuat laju pertumbuahn ekonomi setiap negara akan tumbuh positif. Dan dengan kerjasama antara sesama anggota ASEAN dalam mewujudkan isi deklarasi Bangkok, bukan hal yang mustahil tidak akan ada kendala dalam menyongsong Asean Economis Community tahun 2015 mendatang.

Seperti halnya bumbu laos yang berguna untuk menambah cita rasa makanan, Laos pun akan berkontribusi menambah posisi negara-negara ASEAN di mata dunia.,Laos pun akan berkontribusi menambah posisi negara-negara ASEAN di mata dunia.


Jumat, 30 Agustus 2013

Harumnya Duet Maut Kopi Indonesia dan Vietnam

Seminggu yang lalu sebuah berkas paket kredit mendarat di meja kerja saya. Permohonan baru sebesar Rp 40M dari sebuah perusahaan pengolahan kopi di Sumatera Utara. Menurut prosedur, yang harus saya lakukan adalah melakukan prescreening, memastikan apakah usaha debitur yang akan dilayani masih masuk dalam Pasar sasaran dan tidak termasuk dalam negative list  usaha yang dibiayai.

Negative list adalah usaha-usaha yang dilarang untuk dibiayai. Biasanya karena memang aturan pemerintah yang telah menetapkannya, seperti perdagangan senjata, prostitusi, obat-obatan terlarang. Selain itu bisa juga karena usaha tersebut sudah jenuh, seperti gerai handphone, voucher isi ulang ataupun hotel untuk daerah-daerah tertentu. Dikhawatirkan usaha-usaha tersebut jika diberi pinjaman dari Bank, maka akan mengalami kendala dalam pembayaran atau sewaktu-waktu ijin usahanya bisa dicabut.

Begitu melihat daftar negative list usaha, ow ow terkejutlah saya, ternyata kopi termasuk salah satu di dalamnya. Why....why... pikir saya.

Di tengah keheranan saya tersebut saya jadi teringat, di sepanjang jalan dari rumah menuju kantor, berdiri berpuluh gerai kopi. Tak jauh dari komplek perumahan saya saja, di Ringroad pusatnya kuliner di Medan beberapa warung kopi setiap hari laris manis tak pernah sepi pengunjung. Sebutlah Old Time Kopi, Kedai Kupi,Warung kopi,Kopi Cangkir, Kopi Ulee Kareng. Bergeser sedikit, di sepanjang jalan dokter Mansyur daerahnya mahasiswa USU, berserak cafe-cafe dengan menu andalan berupa kenikmatan secangkir kopi, dari mulai Caffe kopi, Kopi Republik,Kopitiam,Kedai Apek,Coffe shop,Musik Cafe,Coffe Day. Haduh sangkin banyaknya saya jadi lupa nama-namanya. Pokoknya tidak kurang dari 20 gerai kopi saya lewati setiap harinya. Saya pikir ini adalah indikasi bahwa komoditi kopi berprospek cerah.

Kopi termasuk salah satu daari 10 komoditas unggulan penyumbang devisa negara.Indonesia yang merupakan produsen kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Karena itu, kopi telah menjadi simbol yang melekat bagi Indonesia.



Kopi Indonesia itu terkenal dengan aroma dan rasanya yang aduhai. Di Sumatera uatara sendiri sebutlah kopi Sidikalang. Mendengar namanya saja, sudah tercium arona kental kopi robusta dan arabika.Sidikalang adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Utara. terletak di dataran tinggi Sumut membuat kopi yang dihasilkan dari daerah tersebut memiliki kualitas unggulan.

Ketika kopi tumbuh di dataran tinggi, seharusnya tanaman tersebut tumbuh di atas minimal 700mdpl. Ternyata, kopi Sidikalang tumbuh di atas 1000 mdpl, sehingga kualitas biji kopi yang dihasilkan memiliki fisik dan karakter yang lebih kuat baik dari segi rasa maupun aroma. Aroma kopi Sidikalang lebih kepada repah-rempah. Inilah yang membedakan kopi Sidikalang dengan jenis kopi yang lain.

Kalau Sumut punya kopi Sidikalang, Aceh tak mau kalah, kopi Ulee karengnya benar-benar menggoyang lidah. Di Medan sendiri sudah lebih dari satu tempat ngopi dengan titel kopi aceh tersebut. Kopi aceh terkenal unik dalam rasa maupun penyajiannya. Kopi Aceh terbuat dari kopi Robusta yang dicampur dengan sedikit mentega saat pembuatannya. Kalau cara penyajiannya pasti sering dong dilihat di Tivi, seperti atraksi bartender ala Aceh. 

Pertama taruh kopi dalam gelas kecil, lau tuangkan air yang benar-benar mendidih. Setelah itu tutup gelas kopi dengan apa saja terserah yang penting uap kopi jangan keluar dari gelas. Karena uap itulah yang memberi aroma memikat dan mempertahankan rasa kopi di dalamnya. Biarkan selama tiga sampai lima menit. Kemudian silahkan diminum, hwaaaa pasti berbeda rasanya. Coba saja kalau tidak percaya. Dan tahu harga segelasnya berapa?. Jangan kaget, Tak sampai sepuluh ribu rupiah,aiiih

Indonesia boleh berbangga dengan citarasa kopi yang dimilikinya, namun negara lain juga punya kopi unggulan. Produsen kopi terbesar lain yang masih dalam satu kawasan dengan kita adalah Vietnam. Sama-sama negara di Asia Tenggara yang masuk dalam keanggotaan ASEAN, Vietnam pun menjadikan kopi sebagai komoditi unggulan di negaranya. Kalau Indonesia punya kopi luwak,kopi Toraja,kopi Sidikalang, mak Vietnam punya kopi Trung Nguyen, ikon kopi Vietnam.

Sejak Prancis meperkenalkan tanaman kopi kepada negara indo-china beberapa abad silam, pertanian kopi di Vietnam semakin berkembang pesat. Sebagai sumber mata pencaharian, para petani di Vietnam memiliki ketajaman instuisi dalam menjual harga kopi mereka. Kebanyakan dari mereka akan melihat harga kopi di pasaran London dan New York terlebih dahulu sebelum menjualnya. Mereka hanya menjual kopi saat harga benar-benar bagus. Dengan cara ini, petani kopi di Vietnam bisa hidup makmur sejahtera.

Emang gimana sih kopi Vietnam itu?

Agak berbeda dengan penyajian kopi Sidikalang maupun Ulee Kareng. Kopi diseduh sampai kental pekat, pokoknya sampai rasanya pahit banget, lalu disiram susu dengan porsi besar, bisa sampai sepertiga dari jumlah cairan kopi pekatnya. Kemudian campuran kopi dan susu tersebut disajikan dalam gelas kecil,panas-panas, masih berasap-asap. Atau kalau yang punya selera dingin, bisa dicampur dengan es batu. Kemudian disruput perlahan-lahan. Hmmmm,  serupa tapi tak sama dengan kopi unggulan Indonesia.Untuk segelas kopi vietnam yang luar biasa lezat itu kita hanya membayar seharga 5000 rupiah saja, Oh no.

Nah kopi Indonesia maupun kopi Vietnam yang rasanya tak terbantahkan itu, ternyata harga jualnya tidak terlalu tinggi. Makanya ngga heran kopi termasuk dalam daftar negative list usaha yag dibiayai bank. 

Sejak awal tahun 2013 yang lalu harga kopi yang terkenal harum di pasar dunia, mengalami keanjlokan. Permintaan yang sepi dan tawaran harga jual yang melemah membuat ekspor biji kopi nyaris stagnan. Kopi Arabika dari Aceh, hanya dihargai oleh importir Singapura seharga Rp 29.000/kg, anjlok dari harga sebelumnya Rp 38.000 - Rp 40.000/kg. Harga tersebut tidak sesuai dengan ongkos produksi kopi itu sendiri.

Harga pasar dunia yang fluktuatif membuat para eksportir tidak berani bertransaksi dan mengikat kontrak baru.. mereka memilih menunggu dan melihat kondisi ke depan.Hal tersebut, membuat banyak petani dan pengepul yang menahan untuk menjual gabah kopinya. Seperti yang diberitakan Bloomberg, sedikitnya 3000 ton gabah kopi tertahan menunggu harga kopi di pasar dunia mulai stabil

Memang sejak isu krisis global melanda Amerika, harga kopi mengalami spekulasi. Ironisnya produksi kopi Indonesia masih tergantung pada permintaan luar negeri. Sedangkan permintaan pasar domestik sendiri masih rendah.

Dan yang lebih menyedihkan, kopi Indonesia yang dihargai murah tadi oleh importir luar, kembali ke Indonesia dalam bentuk penyajian yang berbeda dan dibandrol dengan harga berkali lipat.Ouuuch

Starbucks, salah satu ikon kopi asal paman sam itu bisa-bisanya menjual secangkir kopi mencapai harga 40 ribu sama dengan harga satu kilo biji kopi Arabika dari Aceh. Padahal satu kilo kopi bisa untuk membuat berpuluh-puluh cangkir kopi, bayangkaaan... bayangkan.

Karena itu, walau Brazil adalah negara produsen kopi nomor satu di dunia, saya yakin kopi dari tanah Asia yaitu Indonesia dan Vietnam akan tetap mampu bersaing di pasar dunia.

Kenapa?

Disamping Brazil dan Vietnam, masih ada 35 negara lain di dunia ini yang merupakan negara pengekspor kopi. Columbia, India, Ethiopia, Peru,Guatemala,Mexico,Honduras, merupakan negara lain dengan pangsa pasar terbesar untuk komoditi kopi. Walaupun negara eksportir kopi demikian banyak, namuan diimbangi oleh negara pengimpornya yang berjumlah kurang lebih sama.

Tingkat persaingan suatu komoditas dapat tercerminkan dari market sharaenya. Jika suatu negara memiliki pangsa pasar ekspor yang tinggi maka dianggap memiliki daya saing tinggi pula. Tahun 2010, Brazil yang merupakan pengekspor kopi terbesar menguasai pangsa pasar ekspor sebesar 27.22 %, disusul Vietnam 18.51 % dan Indonesai di belakangnya sebesar 6.58 % dan Columbia 6.23 %.

Untuk memenuhi kebutuhan ekspor, suatu negara harus memperhatikan perkembangan produksi kopinya. sedangkan produksi kopi sangat ditentukan oleh perluasan dan produktivitas. Dilihat dari segi luas lahan, Indonesia memiliki luas areal lahan kopi yang tersesar kedua dunia setelah Brazil. Perkembangan luas areal kopi Indonesia dan Vietnam terus meningkat sepanjang waktu, sedangkan Brazil mengalami penurunan. Hal tersebut merupakan peluang bagi Indonesia dan Vietnam untuk menyaingi dan melampaui Brazil dalam hal ketersedeiaan lahan.

Namun, walaupun luas lahan kopi Indonesia lebih besar dibanding Vietnam, sayangnya tidak diikuti dengan produktivitasnya. Produksi kopi vietnam lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.Padahal dulunya Vietnam belajar tentang kopi dari Indonesia lho,ckckckck. Ini namanya murid lebih pintar dari guru

Dari kedua hal di atas, dimana Indonesia memiliki lahan kopi yang besarnya melebihi Vietnam, sedangkan Vietnam mampu memproduksi lebih banyak kopi dari Indonesia, dapat dilakukan kerjasama simbiosis mutualisme.

Menjalang Asean Economic Community di tahun 2015 mendatang, sudah seharusnya negara-negara ASEAN bersinergi secara positif untuk menghadapi persaingan ekonomi dunia yang semakin lama semakin menggila. Negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN memiliki potensi yang sangat besar jika bersatu.Ngga usah memperdebatkan mana kopi yang lebih enak. Kopi dari Vietnam atau kopi Indonesia.

Kopi Sidikalang , kopi Ulee Kareng, kopi Toraja, kopi Luwak yang terkenal dengan aroma dan rasanya, jika dipadukan dengan teknologi dan teknik pengolahan lahan yang baik dari Vietnam tentu akan menghasilkan produktivitas kopi yang tinggi dengan cita rasa bak dari surga.



Harmonisasi kedua negara ini akan menjadikan kopi ASIA merajai pangsa pasar Eropa. Kalau hanya mengalahkan dominasi pasar kopi Brazil di dunia, saya rasa bukan hal yang mustahil.

Jadi, apakah Indonesia dan Vietnam akan mampu merebut pangsa pasar kopi di dunia???

Off Course Yes. Bersaing bukan berarti saling menjatuhkan. tapi bersinergi secara positif malah akan menguntungkan kedua belah pihak.

Biarkan Starbuscks petantang petenteng dengan logo ijo-ijonya. Selama bahan bakunya tergantung dari produksi duet maut dua negara ASEAN ini, tentu akan menguntungkan kita semua.

Dan nantinya tentu saja kopi tidak akan menjadi negative list perbankan lagi






Kamis, 29 Agustus 2013

Negeri Seribu Candi?..... Oh No

"Bikinkan dulu seribu candi"

Seru Roro Jonggrang saat Bandung Bondowoso ingin melamarnya. Tergopoh-gopoh, satu persatu candi pun dibangun dengan bantuan tenaga ghaib. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, seribu candi yang sedianya dibangun sebagai bukti cinta ternyata tidak selesai dalam semalam,saudara-saudara. Bandung Bondowoso pun gagal mempersunting Roro Jonggrang.

Kisah kasih tak sampai tersebut tak dapat dipisahkan dari sejarah candi di Indonesia. Pun dongeng-dongeng yang turun temurun diceritakan sebagai asal-muasal adanya suatu tepat wisata atau bangunan bersejarah di Indonesia. Kisah seribu candinya Roro Jonggrang tak terlalu berbeda dengan kisah tangkuban perahu di tanah Parahyangan,sama-sama tentang perjuangan memenangkan hati si pujaan hati, so sweeeet.

Memang, begitu mendengar kata candi, di pikiran saya pasti langsung terlintas pulau Jawa dan sekitarnya. Mulai dari candi Borobudur, Prambanan, Candi Boko, Pawon,Mendut,candi Umbul,Plaosan,Karangnongkocandi sewu di Semarang




Sejak maskapai-maskapai penerbangan mulai tumbuh bak jamur di musim hujan dan banting harga beberapa tahun silam dengan munculnya armada-armada seperti Jatayu airlines,Adam air,lion,Air Asia dan belakangan Tiger air, kegiatan travelilng menjadi bukan barang mewah lagi. Kalau dulu kita harus mengeluarkan rupiah sampai digit 7 ke atas untuk melakukan satu perjalanan ke luar negeri, sekarang ngga lagi. Cukup beberapa ratus ribu saja kita sudah bisa bertandang ke negara tetangga. Bahkan untuk waktu-waktu tertentu, para maskapai tersebut beramai-ramai mengadakan promo yang membuat harga tiket bisa gila-gilaan murahnya. Terbang ke Singapur hanya 99 ribu??? Woooow, ngga kebayang kan?.

Apalagi bagi warga Medan, jarak tempuh yang pendek antara Medan-Malaysia, Medan-Singapure dan beberapa kota yang masih termasuk dalam negara ASEAN, membuat tiket penerbangan menjadi semakin murah. Ngga heran banyak orang Medan yang lebih memilih liburan ke Malaysia atau Singapure dibanding jauh-jauh ke Jogja misalnya. Disamping lebih murah terdengar lebih keren, ke luar negeri gitu loooo.

Tapi, yang namanya bertandang ke negeri orang itu tentu saja tetap beda dengan wara-wiri di negeri sendiri. Kalau misalnya kita mau jalan-jalan ke Bali, cukup hanya beli tiket, terbang, udah bisa langsung jalan-jalan. Berbeda ceritanya kalau mau ke negeri seberang . Untuk memasuki negara orang kita perlu tanda pengenal yang berlaku internasional, atau yang sering kita sebut dengan paspor.

Paspor itu fungsinya sama dengan KTP, jadi didalamnya ada foto kita plus data diri. Setiap kita akan memasuki suatu negara, si paspor ini diperlukan agar kita tidak terindikasi menjadi imigran gelap. 

Paspor bisa didapatkan di kantor Imigrasi setempat, tidak harus dari daerah asal kita. Jika kita berdomisili di Jakarta dan memegang KTP di luar Jakarta kita hanya perlu membawa syarat-syarat sebagai berikut ke kantor imigrasi di Jakarta:
  1. Kartu Tanda Penduduk
  2. Surat keterangan kerja atau Akte Kelahiran Orang Tua untuk yang belum bekerja
  3. Akte Kelahiran
  4. Ijazah terakhir
  5. Foto 3×4
Biaya pengajuan paspor saat ini adalah Rp. 255.000 rupiah tanpa tambahan biaya apapun. Prosesnya pun cukup mudah. Hanya dengan datang mengisi formulir dan menyerahkan berkas maka akan keluar jadwal untuk wawancara. Satu dua hari setelah wawancara, jika diapprove paspor setebal 48 halaman akan jadi lebih kurang 2-4 hari.
Paspor berlaku selama 5 tahun. Tapi hampir semua negara mempersyaratkan adanya minimal 6 bulan masa berlaku sebelum kadaluarsa. Enam bulan sebelum kadaluarsa, sebaiknya paspor diperpanjang untuk diganti buku yang baru. Setiap masuk dan keluar dari suatu negara paspor akan diberikan stempel di imigrasi sebagai tanda approval kita datang dan meninggalkan wilayah negara tersebut tanpa masalah apapun.
Passports stamps
Passports stamps
Semakin banyaknya stamp yang diperoleh di dalam paspor akan mempermudah kita untuk apply visa, terutama negara-negara yang visanya sulit seperti amerika, schengen (visa eropa), dan kanada.

Senin, 26 Agustus 2013

Rumput Tetangga Lebih Hijau?.Mari Rawat Rumput Sendiri

Saya ingat,saat pertama kali menginjakkan kaki di Semarang pada tahun 2000, saya begitu penasaran dengan warung-warung tenda di sepanjang jalan daerah Tembalang.Tertulis besar-besar di spanduk yang menutupi  bagian depan tenda tersebut “ PECEL LELE”. Lele dipecel? Hmm gimana tuh,apa lelenya diulek sama bumbu kacang ya ? pikir saya. Setahu saya pecel itu adalah campuran sayur-sayuran , daun singkong,kacang panjang,timun, ditambah tahu tempe trus disiram sama bumbu kacang,seger-seger pedes gitu,dan ga pernah tahu kalau ada campuran lelenya. Maka dengan rasa keingintahuan yang besar, malam pertama di Semarang pun saya langsung memesan pecel lele sebagai santap malam.

Saat hidangan tersedia di depan mata,di piring  tergolek manis seekor lele yang digoreng kering dengan asesoris berupa sambal semacam sambal terasi,plus lalapan berupa timun,daun kol,dan tak lupa daun aneh yang belum pernah saya lihat. Belakangan saya tahu kalau itu adalah daun kemangi. Ow ..ow… bayangan saya akan pecel  buyar seketika. Spontan saya bertanya “ Mana pecelnya mas”, xixixixi. “ Lhaaa itu mba, kan pesen pecel lele”