Terkadang saya masih sering dikejutkan oleh hal-hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya adalah orang yang sangat percaya adanya sebab akibat. Sesuatu tidak akan terjadi kalau tidak ada alasannya. Apapun itu. Pun kalau ternyata alasan itu adalah takdir, sesuatu yang masih banyak orang tidak mau menjadikannya sebagai alasan. Seperti saat saya mendapat kabar mutasi dari kantor. Jantung ini rasanya mau copot kala melihat nama saya tertera di selembar kertas yang bernama SK. Padahal itu adalah berita yang saya tunggu-tunggu selama dua tahun terakhir. Toh tetap saja, saat itu menjadi kenyataan, saya pikir saya bakal teriak kegirangan, tapi ternyata reaksi saya adalah menangis. Sungguh diluar dugaan.
Sebelumnya juga saat saya menerima SK penempatan setelah pendidikan setahun di pusdiklat BRI. Saya shock melihat tulisan KANTOR PUSAT tercetak disana, oh My God, bukan itu keinginan saya, bukan itu doa saya, begitu kata hati ini. Lagi-lagi saya meresponnya dengan menangis. Ya, memang kelenjar glandula lacrimalis saya sangat tipis, sehingga begitu mudah mengeluarkan cairan.
Seperti kejadian beberapa minggu yang lalu. Seperti biasa saya menghabiskan akhir pekan di Medan bersama suami. Siang itu biasa saja, tidak ada yang istimewa. Suami mengajak saya makan mie ayam, satu-satunya makanan yang sama-sama kami suka ( kami memiliki selera makan bagai langit dan bumi ). Setelah ngider kesana kemari, akhirnya kami makan di warung mie ayam di ring road. Siang bolong makan mie ayam ternyata memang bukan ide yang baik. Saya langsung sakit perut, buru-buru kami pulang. Di tengah jalan, saat melewati apotik, suami tiba-tiba menghentikan kendaraan.
“ Sana dek, beli test pack”
“ Heh, buat apaan”
“ Ya buat ngetest, udah dua minggu kan adek telat “
Jiaah, beneran saya memang sudah dua minggu ngga didatengin si bulan. Kemarin –kemarin saya udah inget mau beli, tapi kelupaan terus. Dan lagian karena udah empat tahun berlalu, saya dan suami sudah menganggap biasa saja kejadian seperti itu. Setahun yang lalu juga saya pernah telat 10 hari saat saya lagi dinas ke Bengkulu. Sudah harap-harap cemas, bahkan hampir membatalkan keberangkatan, eh ternyata ngga terjadi apa-apa. Hopeless?, ngga sih, hanya takut kecewa saja.
Di rumah saya segera ke kamar mandi. Sedangkan suami goler-goler di depan Tivi. Saat saya keluar dari kamar mandi, suami udah senyum-senyum. Seperti kejadian yang dulu-dulu, biasanya saya akan bersungut-sungut, bibir saya akan mengerucut, misuh-misuh. Trus suami akan tertawa melihat wajah jelek saya sambil bilang, sabar…. Sabar ….. Maka kali itu pun suami sudah menyiapkan banyolan yang sekiranya bakal menghibur saya.
Tapi kali ini, wajah suami saya tegang, soalnya dia melihat kali ini saya yang terseyum-senyum.
“ Negatif ya dek”
Saya ngga menjawab, sambil berjalan ke arahnya, saya serahkan si test pack murahan seharga 5 ribu itu “
“ Lihat mas, ada dua garis merahnya”
“ HAH” ,
“ Iya, positif mas”
Hwaaaa, suami langsung memeluk saya. Seperti tidak percaya , kami baca lagi kemasan test pack itu, mencermati penjelasan yang tertera di sana. Satu garis negative, dua garis positif, ngga ada garis invalid.
Berpuluh kali sudah saya membayangkan hal ini terjadi pada kami. Dalam bayangan saya, akan ada adengan saya jingkrak-jingkrak kegirangan. Suami juga. Atau yang semacam itu. Ternyata itu tidak terjadi sama sekali. Setelah yakin itu beneran positif, kami terdiam, saling memandang, Sambil bergumam saya mendengar suami berkata :
“ Padahal kita lagi ngga berobat ke dokter ya dek, padahal kita lagi ngga terapi apa-apa ya ?”
Suami kembali memeluk saya. Saya??? Kalau yang ini sudah bisa diduga, saya menangis haru. Ya Allah, ternyata begini rasanya. Rasanya seperti ………….. saya ngga tahu. Yang pasti saat itu saya tahu, saya begitu kegeeran, merasa Allah sayang banget sama saya dan suami. Baru sebulan saya pindah ke tempat baru. Hanya dalam sebulan, doa-doa panjang kami selama empat setengah tahun ini diijabah. Kun, maka kun, ngga ada yang bisa menghalangi.
Segera suami mengajak saya berwudhu, saya menjadi makmumnya. Jujur selain rasa syukur saya ngga tahu apa yang harus saya katakan lagi. Saya hanya mengamini doa imam di depan saya. Agar saya dan si calon bayi kami sehat. Agar semua pasangan lain yang masih dengan ikhlas menunggu anugerah ini segera diberi nikmat seperti yang kami rasakan.
“ Semua akan indah pada waktunya”
“ Allah tahu yang terbaik untuk hambanya”
“ Rezeki tidak akan pernah tertukar, baik waktunya maupun takarannya“
Jangan pernah setitik pun meragukan kalimat-kalimat di atas. Karena bagi saya, rezeki ini InsyaAllah benar tepat waktunya datang di keluarga kami. Bukan kemarin, bukan setahun yang lalu, atau dua tahun yang lalu. Tapi saat ini. Allah maha tahu.
Saat ini, ada yang menemani hari-hari saya. Ia selau bersama saya, melekat erat di tubuh saya. Bukti kebesaran Ilahi. Walau ada terselip takut,khawatir di hati saya dan suami. Namun, apapun yang terjadi, kami hanya berharap semoga semua baik-baik saja. Saya sehat, si dedek sehat. Saya yakin dengan keyakinan absolute, Allah lah satu-satunya yang tahu apa yang terbaik buat hambanya.
Doakan kami yah teman-temanku tercinta.c
Baca juga my head voice yang ini